Sunday 28 March 2010

"ZIIP" suara mulut terjahit

Ya Allah SWT

Apa motivasi Mu menciptakan ku?

kenapa aku begitu kaku?
kenapa kau hanya memberiku satu lidah?
pendek kecil, dan hitam
sehingga tak banyak kata-kata yang dapat ku ucapkan
tak banyak syukur ku panjatkan
melainkan maki dan caci kuhujatkan

kenapa kau jarak-kan lidah dari hatiku?
sehingga tak panjang doa yang kupanjatkan
tak tenang bathin merenungkan
tapi dendam dan iri tak terelak-an

hatiku ingin sekali memuntahkan semuanya
tapi mengapa tak bisa??

Mengapa tak kau biarkan aku membagi beban hidup dengan mudah

Aku bukan nabi kan?

Aku bahkan tak tau bagaimana diriku?
Adakah yang bisa menjawab selain Kau?

Biarkanlah kucoba jawab sendiri saja

Sekarang aku sangat lelah
Aku akan istirahat sejenak
dan bertanya beberapa lagi setelahnya

Monday 22 March 2010

Mencintai sayang, Menyayangi cinta

Sepasang muda-mudi saling melontar gombal
Aku mencintaimu
Aku menyayangimu
Salah satu dari mereka tak begitu suka dengan kata "sayang"
Dan yang satu lagi tidak familiar dengan kata "cinta"

Dan Aku menengahi
Tidak ada yang salah dengan kata "sayang"
dan apa yang aneh dengan kata "cinta"
Seharusnya tidak ada

Tapi disini sepertinya orang lebih suka dengan kata "sayang"
analisa ku
Kasihan sekali "cinta"
Padahal dia lebih dulu ada
Lebih kuat terdengarnya
Tapi lidah kami kaku mengucapnya

Aku lebih cinta daripada sayang


Cinta...
Raja tak bermahkota

Thursday 18 March 2010

Anak-anak Surga Diatas Kursi Roda

Terasa hangat ketika di dekat mu. Mereka adalah malaikat kecil dengan
senyum yang dapat membuatku menagis saat melihatnya
sekaligus tersenyum bahagia dibuatnya
Dengan hentakan syaraf-syaraf kaki yang tak bisa dikontrol oleh otak,
sehingga terkesan mengamuk. Padahal mereka sedang bahagia hatinya.
Hanya perlu waktu beberapa detik untuk mengetahuinya,
dan membuatku tidak ingin meninggalkannya pergi.
Tak ingin melihatnya tersenyum terus dan tertawa terus
sementara wajah itu dan suara itu semakin kecil dan menjauh.

Mereka tidak bisa mengejarku.
Kursi roda mereka tidak cukup cepat untuk itu,
kaki mereka terlalu kecil dan kaku, dan tangannya...
untuk tepuk tangan saja mereka tak mampu. Tapi aku juga tak mampu.
Untuk tertawa seindah malaikat-malaikat itu.
Aku tak mampu tersenyum bahagia, se-bahagia anak-anak itu.
Padahal aku dapat berlari kencang. Aku dapat betepuk tangan
dengan lantang.

Mereka membuat hatiku terbelah. Aku ingin selalu melindungi mereka,
dan kalian. seakan aku adalah kakak yang selalu melindungi adik-adiknya.
Karena rasa cinta itu langsung datang, seperti jarak antara mimpi dan kenyataan,
saat kita terbangun dari mimpi itu, begitu dekat,
sehingga kita baru tersadar bahwa itu hanyalah mimpi.
Tapi tidak dengan kecepatan cinta ku dengan mereka, dengan kalian.

Sedih sekali saat melihat kalian rela duduk berjam-jam, hanya untuk
memberikan pertolongan kepadaku, padahal aku yang lebih tak layak
mendapat pertolongan. Sangat ironis. Sedih sekali melihat kalian berpanas-panasan,
sehingga telat makan, dan semakin sedih saat melihat kalian makan dengan lahapnya,
hanya dengan telur rebus dan bihun goreng.
Sedih sekali melihat tetesan keringat yang mengalir di wajah kalian,
dan kalian tetap tertawa. Seperti biasanya, dan itu membunuhku.

Kepolosannya tak layak untuk berada di bumi yang munafik ini.
Aku tak akan menyalahkan Sang pencipta. Karena Dia menciptakanmu dengan kekurangan, namun kekurangan itu diselimuti oleh kelebihan yang tak dimiliki orang lain.
Orang lain rela menatap kalian berjam-jam, orang lain pasti mau
memberikan tempat duduknya, saat melihat kalian berdiri dengan susah payah.
Orang lain mau mendengarkan kalian berbicara, walaupun harus
berusaha keras memahaminya. Orang lain itu adalah aku.

Semangat kalian begitu besar untuk dapat sembuh, berjalan,
dan berbicara layaknya orang normal lain.
Semangatku begitu besar untuk merusak diriku yang sudah sempurna ini.
Hatiku terbebas saat bersama kalian,
terima kasih untuk adik-adik ku, Maria, Heidy, Yulia, Rahmat, Danu, Howard,
dan gadis cantik yang sayang sekali namanya kulupakan,
namun tidak dengan wajah dan tawa cantikmu.
Terima kasih karena telah tertawa untuk ku, ceria untuk ku,
bercanda denganku.
Moment itu sulit untuk terulang lagi,
tapi huruf-huruf ini akan membawaku kembali kesana, saat kita bersama.

Sunday 7 March 2010

Hanya A-Z. Apa yang sulit?

26 Huruf

Jam : 1:01 AM
Musik : Epica - Sancta Terra
Rokok : Marlboro, satu batang saja
Jari : Sepuluh, dan kecil-kecil
Hentakan kaki

Berencana membuat satu puisi dini hari ini, tapi seperti biasanya, sinar radiasi komputer ini, keyboard ini terlalu mesra menari dengan jemariku, bagaikan seorang pangeran yang berusaha mendapatkan hati sang puteri raja, dengan tariannya. Seakan-akan orang-orang yang melihat menyangka sang pangeran hanya mengincar harta dan tahta, karena begitu tampan pangeran itu, dan puteri itu tidak, walaupun tidak jelek. Mata ini malu malu untuk melihat ke atas untuk mencari inspirasi. Dan otak ini terlalu luas untuk dijelajahi sendiri. Terlalu luas, banyak, dan rumit untuk mencari sang puisi yang tersesat di dalam syaraf-syarafku. Yang harus kulakukan hanya merangkai huruf-huruf saja. Aku rasa angka 26 tidak terlalu banyak dibanding banyaknya waktu yang telah kuhabiskan - untuk hari ini saja.

Air
Bunga
Cerialah
Dengarkan mereka yang teriak
Era baru
Fitnah
Geram
Hari-hari yang penuh misteri
Ingat
Jerami
Kulitnya yang halus
Lusuh
Maukah
Naik ke bukit itu
Opera yang menyeramkan
Phantom of the opera
Qiblat
Romantis
Sekali saja
Tunduk
Utara
Vera
Waktunya
X - Tempat kita bertemu
Yakinlah
Ziarah