Saturday 30 June 2012

Counting Down & Isolating

From : Your friend

Di post ini sebenarnya sudah ada tulisan tentang perasaan yang akan aku ceritakan. But you know what? I think I'm gonna keep this just for me. Kalian akan merasakannya sendiri nanti, dan saranku adalah, simpan saja yang satu ini untuk diri sendiri. Asingkan diri kalian sejenak dari teman, sahabat, kekasih, bahkan keluarga. Cause this is all about you. Just you. Luangkan kesendirian untuk sekedar bersyukur kepada Tuhan bahwa kamu telah diciptakan, dan berterima kasih lah atas semua berkah yang telah diberikan - yang bahkan tidak kamu sadari. 


To :

All CCIP students who's going to leave all your life until this moment because tomorrow you're a completely different person

Thursday 28 June 2012

Tanah Merah

Mereka yang terusir karena berbicara di belakang pemimpinnya
Menyebar fitnah ke seluruh penjuru dunia
Lalu pasukan berkuda mereka datang di saat yang tenang
Menjadikan padang pasir ini berubah menjadi lautan darah
Tak ada tembok yang bisa melindungi dari busur panah,
yang melesat bersama angin yang bertiup dari segala arah
Setelahnya terlihat wajah-wajah tergantung tanpa sinar mata

Sungguh pengumpat-pengumpat itu akan membayar apa yang telah mereka perbuat
Ceritakan hari ini kepada bayi-bayi yang terlindungi
Untuk semua perbuatan yang dilakukan ada balasan yang akan diberikan
Berdiri tegaklah untuk tiba giliran kita
Pembalasan dendam untuk setiap ayah yang terbantai
Untuk semua anak yang hidup dalam ketakutan
Begitu terasa saat malam datang tanpa suara
Dan siang pergi begitu cepat
Lalu langit dari kejauhan terlihat menyala-nyala
Kemudian teringat cerita sang pengelana:

"Hari ini akan datang ketika kau lihat hujan api"
"Maka peluklah kekasihmu erat-erat"
"Ini mungkin hari terakhir kita, maka peluklah aku dengan erat"

Pasukan berjalan dalam bayangan malam
Datang saat mereka sedang menikmati santapan
Air mata dan jeritan wanita terasa sampai ke dalam hutan ketika suami mereka tak bernyawa
Tak ada jalan keluar karena hutan dan serigala-serigala pun membenci mereka
Mainkan musikmu untuk terakhir kalinya
Diantara tumpukan mayat yang terhina
Kemudian diberikan ampunan kepadamu untuk mengambil pelajaran

Maka begitulah cerita tentang tanah merah sampai ke kepada kalian
Dari seorang pengelana



Tuesday 26 June 2012

Dari Pikiran Pagi


Pagi-pagi buta bapak sudah berpakaian rapih dan menyantap sarapan secangkir kopi. Tak lelah setiap hari mengendarai sepeda tuanya menuju kantor pos, untuk kemudian bersepeda lagi sepanjang hari demi mengantarkan surat-surat atau kiriman paket ke rumah-rumah istri-istri yang suami-suaminya berjuang di medan perang, atau yang anak-anaknya dalam perantauan.

Sementara Lestari terlalu lelah melacurkan diri pada kemunafikan. Berpakaian seperti orang lain, bertingkah seperti orang lain, bahkan berbicara seperti orang lain. Setiap malam tidaklah mungkin dihabiskan tanpa menatap kosong ke jendela kamar yang tak jarang ditemani linangan air mata. Mengingat-ingat kalau bukan karena sang bunda yang selalu sakit hampir setiap bulan.

Hei, Tuhan itu Maha adil. Tengoklah sebentar ke seberang pabrik besi di tengah padang gersang. Abdullah berhasil meningkatkan derajat hidupnya, keluarganya, dan orang-orang di lingkungan sekitar yang dulu tidak punya pekerjaan kecuali mengais sisa perabotan. Dari merangkak tertatih-tatih sebagai pengurus Musholla kecil yang hidup dari kiriman makanan dan uang warga sekitar, namun kebesaran hati yang mulia seorang yatim piatu sejak kecil, dan dari tidak pernah absennya dia berjuang di jalan Allah, membawanya sedikit demi sedikit semakin dekat ke pintu rezeki yang sangat besar yang berukirkan namanya dengan indah. Ketika dia membuka pintu itu, cahaya masuk menyilaukan mata. Dan ketika dia membuka matanya, ruangan bersih dan tertata rapih beserta AC sejuk sekarang adalah tempat kerjanya.
Namun semua itu tidak akan bisa dicapai tanpa kejujuran. Karena kata Abdullah, "jujurlah seperti cermin"

Thursday 21 June 2012

Chopin dan Cinta



memejamkan mata tak berarti menolak keindahan Sang pencipta
karena musik bukanlah produk neraka
aku ingin berdoa
agar semesta senantiasa menjaga
setiap keluarga
setiap kelembutan di seluruh tubuhmu diciptakan untuk menenangkanku
agar setiap tetes air kehidupanku mengikis setiap batu di dalam keras hatimu
Lalu terdengar alunan si pujangga piano
Fryderyc Franciszek Chopin
Lahir di desa Zelazowa Wola,
Dekat Warsawa,
Polandia
Yang tanpa malu menciptakan lantunan melankoli pada era romantis
Jari-jarinya bisa menidurkan rerumputan
Dan kita bisa bermesraan
Berdansa walau tak biasa
Menertawakan semua masalah yang ada
Dan ketika lagu ini mencapai puncaknya
Semua diam tanpa nada
Karena tidak akan ada yang lebih indah darinya
Kemudian kau sentuh kulitku
Seperti Chopin menyentuh tuts piano terakhirnya
Lalu aku menjadi piano dan kau pemilikku
Lakukan apa saja
Karena kau akan mencipta
Dan aku tak punya kuasa
Ketika Chopin tiada
Dirinya tetap hidup dalam nada








Chopin melakukan konser terakhirnya di Paris dan London











17 Oktober 1849 meninggallah ia
"Bunga terbaik dari aristokrat feminin dalam wujud terindah memenuhi Salle Pleye"



Chopin's last Piano

Saturday 16 June 2012

Sunset On San Francisco

For the last couple days I was always wondering how is the sunset on San Francisco would look like.
It must be very beautiful with the mountains and beaches in all directions.

My sand clock is running so slow, I can almost count every grain that slides down to the bottom, and the sounds that rubbing into my eardrum transfer thousands of imagination about the colors that I will meet, and the smiles which I never seen before.

Every grain of these sands creates a worry about the creepy air plane machine sound, the big airport that I'm afraid I will lose my bag or miss my flight.
About the big people that talks strangely and walks so fast.

But the next sand grain keeps me calm somehow.
As calm as when I see my mother smiles and perhaps a little tears, a wise wisdom from my father, and a big hug from my sister.

Another grains I see makes me feel strong because a love is waiting for me patiently.
It is very nice, simple and sweet talk that we made.
For the negativity that we have each other, let the distance bond to one another.

Then I see my reflection when a bright little sand slides down to the narrow glass.
I see me walking in limp, fall to the ground, get hurt, and don't get back up for a while.
But when a breeze sweeps my face, I see sunset on San Francisco.
It pull me up to my own feet. heals my wound, and makes me run.
I run towards the sunset.
On San Francisco