Tahukah kamu mengapa ibumu menamaimu Mikail?
Semenjak ayahmu meninggal, ibumu sungguh merasa tak sanggup menghidupi bayinya. Bahkan untuk makannya sendiri pun sungguh sulit.
Orang berkata untuk mematikanmu. Hati ibu mana yang sanggup membunuh bayinya sendiri?
Dengan tekad yang kuat dia pergi dari tempat tinggalnya, mencoba untuk yang terakhir kalinya. Dia pergi menemuiku.
"Anak ini akan menjadi aliran rizki bagimu, Omega." Aku meyakinkan ibumu dan bersedia merawatmu.
Setelah menyusuimu hingga kau kenyang, dia hendak kembali ke kampung halamannya, walaupun berat, harus kulepas kepergian ibumu. Namun sungguh dirinya lah yang paling berat. Dia meninggalkanmu. Tak kusangka itu adalah air susu terakhir yang diberikan ibu kepada anaknya.
Sebelum pergi, ibumu berpesan untuk menamaimu Mikail. Nama Malaikat Allah. Bertugas memberi rizki untuk alam semesta.
Dimana ibuku dimakamkan, paman?
Akupun tidak tahu.
Sekarang waktunya sudah tiba untukmu. Doa ibumu dikabulkan. Namamu bergema di langit. Kau memang bukan malaikat, tapi kau adalah penerus rizki kepada orang-orang yang kesusahan.
Tapi tidak untuk ibuku.
Kata siapa? Kau adalah pemberi rizki terbesar untuk ibumu! Kau bisa melakukan itu.
Bagaimana caranya?
Berikan dia rizki dengan doamu yang tak terputus.
Pagi tadi aku berada di langit
kadang berada di dalam awan, pernah juga di atas awan
Hari ini aku menjejak kaki di atas tanah
Sebelum menjadi gelombang di laut
berlayar mengikuti riak ombak ombak kecil
Aku melihat semuanya
Megahnya gunung dan luasnya laut
Namun masih tak bisa menyaingi besarnya ego manusia
Sampaiku pada kesadaran diri
Apa gunanya?
Masih takkan berhenti perjalananku
Untuk menghidupi semuanya
Kecuali hawa nafsuku
Hanya dia yang tak bisa terpuaskan
Hingga tanah menutupi wajahku