Thursday 14 June 2018

Rutinitas Tahun ke Sembilan

Baru kali ini saya merasa tidak ada yang ingin disampaikan. Entahlah, mungkin karena diselubungi oleh kesibukan sehingga saya tidak berteman dengan imajinasi menulis lagi, karena biasanya saya juga bisa berprosa. Atau di Malam Takbiran ini memang tidak ada uneg-uneg.

Sebelumnya saya membaca tulisan tahun lalu, dan rasanya saya masih ada di sana. Dengan kekaguman yang sama terhadap Habib Ali, dan dengan ikhtiar yang sama yang Alhamdulillah sampai saat ini Allah masih mau mendengar hajat saya. Masih ingin mendengar saya berdoa.

Ada hal di Ramdan ini yang membuat saya merasa senang berada di dalamnya. Saya sadar Hanya berkat ramadan, berkat sahur, saya jadi bisa sholat subuh berjamaah terus. Hal yang luar biasa sulit dilakukan di luar bulan Ramadan

Lebaran tahun ini juga semakin berkurang. Kali ini tidak ada si Diah. Kami hanya bertiga. Diah sudah menjadi istri orang. Walaupun pas lebaran nanti akan ke rumah juga, namun sudah bukan merupakan bagian dari penghuni rumah ini. 

Yah begitulah, waktu terus berjalan. Kita tidak akan pernah tahu apa di hadapan kita. Hanya kematian itu pasti

Saturday 7 April 2018

Mengunjungi Paman

Tahukah kamu mengapa ibumu menamaimu Mikail?

Semenjak ayahmu meninggal, ibumu sungguh merasa tak sanggup menghidupi bayinya. Bahkan untuk makannya sendiri pun sungguh sulit.

Orang berkata untuk mematikanmu. Hati ibu mana yang sanggup membunuh bayinya sendiri?

Dengan tekad yang kuat dia pergi dari tempat tinggalnya, mencoba untuk yang terakhir kalinya. Dia pergi menemuiku.

"Anak ini akan menjadi aliran rizki bagimu, Omega." Aku meyakinkan ibumu dan bersedia merawatmu.

Setelah menyusuimu hingga kau kenyang, dia hendak kembali ke kampung halamannya, walaupun berat, harus kulepas kepergian ibumu. Namun sungguh dirinya lah yang paling berat. Dia meninggalkanmu. Tak kusangka itu adalah air susu terakhir yang diberikan ibu kepada anaknya.

Sebelum pergi, ibumu berpesan untuk menamaimu Mikail. Nama Malaikat Allah. Bertugas memberi rizki untuk alam semesta.

Dimana ibuku dimakamkan, paman?

Akupun tidak tahu.

Sekarang waktunya sudah tiba untukmu. Doa ibumu dikabulkan. Namamu bergema di langit. Kau memang bukan malaikat, tapi kau adalah penerus rizki kepada orang-orang yang kesusahan.

Tapi tidak untuk ibuku.

Kata siapa? Kau adalah pemberi rizki terbesar untuk ibumu! Kau bisa melakukan itu.

Bagaimana caranya?

Berikan dia rizki dengan doamu yang tak terputus.



Pagi tadi aku berada di langit
kadang berada di dalam awan, pernah juga di atas awan
Hari ini aku menjejak kaki di atas tanah
Sebelum menjadi gelombang di laut
berlayar mengikuti riak ombak ombak kecil

Aku melihat semuanya
Megahnya gunung dan luasnya laut
Namun masih tak bisa menyaingi besarnya ego manusia
Sampaiku pada kesadaran diri
Apa gunanya?

Masih takkan berhenti perjalananku
Untuk menghidupi semuanya
Kecuali hawa nafsuku
Hanya dia yang tak bisa terpuaskan
Hingga tanah menutupi wajahku