Friday 7 December 2012

Channeling Instinct through the Clouds

last night my friend said that she had a dream of me coming home
the night after I had a dream I come home
inside my house
with the smell of wet painting
I touch the wall as I explore everything
to the kitchen
where my mom is always be
there was no one else
no celebration
no hugging in tight
just her in her usual old dress
which I think is better
because I'll come home anyway
no matter how far I go
this little bird would come back to his mother
I want to be a big bird
fly to anywhere I want
but will always come home
because he knows someone always waits for him
a mother's love is the warmest and most peaceful nest


Saturday 17 November 2012

Warteg Filipino di San Francisco

"Mission" haah memang 'ngga ada matinye' soal makanan. Mission district sudah sangat tersohor dengan kulinernya. Hampir segala jenis makanan ada disini kemanapun kaki melangkah. Resto kali ini sudah lama aku dan Rani kunjungi namun baru di post sekarang. Biasa waktu awal-awal kuliah di Mission, hampir setiap kelas berakhir, kami selalu mencoba menjelajahi daerah ini sambil melihat-lihat makanan-makanan unik yang tersaji di pinggir jalan.

Kali itu kami berhenti di sebuah warteg "Kakabayan." Kalau kalian pikir ini ada hubungannya dengan tokoh "Kabayan" well sebenernya ngga ada, tapi ngga salah juga jika kita beranggapan seperti itu, karena itu yang kami pikir saat pertama kali melihat restoran kecil berupa warteg bertuliskan "Kakabayan" malah kami mengira itu benar-benar warteg orang Indonesia. Suasananya mirip sekali dengan warteg dengan beragam makanan yang dipajang di etalase kaca. Ditambah wajah si penjaga restoran tersebut sangat mirip dengan orang Indonesia. Dan ternyata itu adalah restoran Filipina. Pantas saja wajah mereka mirip dengan orang Indonesia. Dan dia juga mengira kami orang Filipina dan sempat menyapa kami dengan bahasa Filipina.

Makanan disana juga tidak beda jauh dari makanan Indonesia. Terdapat sate ayam yang besar (mereka juga menyebutnya satai), sayur nangka, dan yang membuat kami tertawa adalah mereka juga menjual "piscok" namun dengan nama yang berbeda. Saat melihat piscok itu dengan refleks kami langsung memesannya. harga piscok $1 untuk 2 piscok. Not bad lah. Beruntung kami mampir di Restoran Filipina tersebut karena selera rasa makanan 2 negara ini sangat mirip. Aku seperti makan makanan Indonesia dengan bumbu khasnya. Dibanding dengan makanan Thailand, makanan Filipina lebih pas di lidah. Kisaran harga untuk nasi dan 2 item juga tidak terlalu mahal - sekitar 6-7 Dollar.

Dan sekarang setiap pagi sebelum kelas, aku selalu mampir membeli piscok atau satai jika tidak sempat sarapan di apartemen.






Monday 29 October 2012

My First Halloween

There was another festival I had experienced during my stay here in San Francisco - Halloween. A festival that had been celebrated long time ago and very famous in United States. The first history of Halloween celebration is from Europe, but then spread through out America. It was started as a religious celebration for Christians' day of "All Saint'" Day where people honoring the saints and praying for the recently departed who had yet to reach heaven (Wikipedia : http://bit.ly/Ro8fCA)

There are many stories about Halloween. Like my Instructor's version, he said that they celebrate Halloween to chase evil spirit away with evil too. So that's why many people wearing evil or scary costume in Halloween. Here I try to tell you my experience of celebrating Halloween.

It's not Halloween if we don't carve Pumpkin. Luckily Jenny (Indonesia) has a friend (Dan, from Romania) who has a car and they brought me, Rani (Indonesia) and Shehzadi (Pakistan) to see the Pumpkin farm and buy a Pumpkin to carve. We went to Half Moon Bay - a small city about one hour south from SF. We passed a Pacifica beach on our way so decided to enjoy the view. Pacifica is the largest beach in California and the most popular beginner surfing spot in San Francisco area.




Then we arrived at one of the Pumpkin farm in Half Moon Bay to buy our Pumpkin. It was a great experience knowing how do they sell the Pumpkin. It's not just a selling a Pumpkin. They made the farm as comfortable as possible for family to visit and stay there. They built a Labyrinth, a tour in the farm, and they designed the farm so good for us to stay. 













And now there is almost no praying celebration for Halloween again, they celebrate with a costume party. And in San Francisco, Castro is considered as the best spot to celebrate Halloween. I prefer in another part of San Francisco, because Castro is famous as a place for "rainbow" people. But since I didn't know if I could celebrate Halloween anymore, so I took that heavy burden and went to Castro with all the CCIP gang.








Yes it was fun when we were arrived at Castro Street. It was so crowded with people wore their costumes. After we took a walked wondering around the street, we saw more. We saw a guy who was wearing a without costume-costume (read: naked) and I was like holding my breath for a second and then "did you see that?" and all of us, we saw that and kind of making a wanna puke face, because I was not used to that kind of view in my country. The streets were full of people walking, talking, commenting someone else's costume, and lining to got in to the bar. 

Because we started to get bored just walking in the street and couldn't find a bar, we decided to go to Downtown. While we were taking a picture at the Union Square, some random guy in a Ninja costume suddenly posed with us and then the people who's just walked there took us a picture too. I felt we were kind of famous at that time. Downtown was not as crowded as Castro, but I prefer there because there more hot girls there, and the bars weren't so crowded, so we could enter one of them. The next couple hours we spent in the bar until over midnight. 


It was quite an experience that might never happen to me anymore. Enjoy everything you have here. Maybe it would be your last. But maybe I can come here again. Happy Halloween San Francisco


Saturday 20 October 2012

Dombamu Srigalaku

wahai wanita yang dulu berjalan di lorong gelap
yang langkahnya tegap walau hatinya menciut
taukah kamu aku masih bersama sang srigala
memberi makan selagi bisa
tapi taringnya semakin tajam
matanya semakin menerawang kesana
domba putih penuh pesona
yang akan dikejarnya
namun tak akan dimakannya
tapi kenapa?
karena dia berada di ladangmu
yang selalu kau sisir bulu halusnya
selalu bersih hidung dan matanya
rawatlah dombamu
dan srigalaku yang akan menjaganya dari jauh
tak akan pernah berubah
kecuali kita menjadi salah satunya


Sunday 14 October 2012

Little Hell

Time to back to be a writer.
Baru 3 bulan disini dan dunia telah membantingku keras-keras ke tanah
Merobek kelopak mata untuk membuatku melihat!
Memukul-mukul hatiku agar menjadi kokoh
Mengikatku dengan tali dan melemparku ke jurang
Memberi makan setan dan malaikat dalam diri
dan membiarkanku melihat mereka bertarung dan terkena serpihan-serpihan api
Musim gugur ini mau membawaku kemana?
Ketika Semi ada disana menunggu
Atap ini dipenuhi kabut dingin
Terlukis wajah rupawan di dalamnya
Maaf, tapi biarkan semua ini menjadi salahku
Tidak bisa membuatmu menjadi benar
Silakan berenang sekarang
Banyak ikan menunggumu dibalik karang
Mutiara dalam cangkang hijau
Dan ini dia malam
Aku tidak ingin ada malam
Dia akan menghisap semua sisa kesenangan
Menghabiskan energi dengan menjejalkan kenangan
Dibawah kekuasaan langit aku tidak bisa berkata-kata
Ingin mati sementara
Atau mencari nama yang lain
Saat fokusku selalu diganggu

Sunday 7 October 2012

Beautiful Sacred Wedding

What should I reach when I don't know whom I should fight
The night has taken my soul
I am a knight without a king to serve
My sword has been killing for nothing
I'm so weird that I couldn't understand myself
What I did with the water? and then I felt sleepy
God please help me
There are too many person in this body
I just want to be with me
Frozen my heart with your name inside
So no evil can melt it down to water
And then I would do that again
With the water, and I felt sleepy
Or think about something that even never think of me
or doesn't exist
Why I don't run away
Standing still here confronted by heart instead
Doing things that I find out not that amusing after
The sound of Eden
Is my new spirit
But a killer as well
In this gloomy month of Fall
I will sleep outside again
With an empty stomach



Friday 28 September 2012

Friday 7 September 2012

El Gran Taco Loco

This was our first culinary tour. And the lucky number one was Mexican food. Just take bus #49 to City College and you can get off at Mission St & 29th St. It's around the corner from another restaurant, but we still could see El Gran Taco Loco because of the colorful painting outside. Actually it was the plus point considered that we decided to try that because of the eye catching painting.

Once we got inside, the Mexican atmosphere was so strong. There was a big painting of the Mexican flag, and the employees were all Latinos. It would be more fun if we could speak a little bit Spanish though :((

I'd never eaten Mexican food before but Burrito sounded so familiar. So I tried a Burrito, but not just a Burrito. it was a 'Super Burrito.' Busra and Rani ordered a 'Super Taco.' Then we can chose our own sauces. There were so many varieties of sauces that I disd't know all of the names. But I picked three of the spiciest looking ones. For the beverage, there were no Mexican drinks, so we ordered a soda.









The Super Burrito was twice my hand size!! 
The Super Taco mean double!!

One thing that I disappointed was only the sauce. It turned to be not as spicy as it looked. I'm a spicy lover


Editor: Marcia Chan

Sunday 26 August 2012

Mission Food

Mission Campus adalah salah satu kampus tempat kami (Media Guys) menuntut ilmu di dinginnya San Francisco. Beberapa kelas yang berhubungan dengan media ada disana, termasuk lab radio dan lab editing dengan peralatan canggih. Bernuansa Latin, gedung ini dan lingkungan sekitarnya langsung mendapatkan hati kami (Aku, Busra, dan Melati). Selain Busra yang sangat menyukai semua yang berbau latin dan Spanyol, lingkungan ini juga memiliki satu hal yang membuat aku menulis tentangnya - Latin food.

Satu hal yang baru kusadari, ternyata Mission Street cukup terkenal sebagai daerah kuliner. Bahkan sampai dibukukan oleh Anthony Myinth - seorang pengusaha restoran, chef, dan food consultant di Mission - dan Karen Leibowitz - penulis indie dan editor professional lulusan Ph.D di University of California, Berkeley (UC Berkeley)



Anthony Myinth & Karen Leibowitz (gambar diambil saat book signing)
 
















Saat pertama kali survey untuk kelas pertama kami, aku dan Melati menemukan lingkungan sekitar dipenuhi restoran-restoran mulai dari Latin yang sangat banyak, sampai restoran berbau Italia dan tentu saja Asia yang ada dimana-mana. Semua berbaris rapih mulai dari sepanjang jalan South Van Ness sampai Mission Street. Dari tempat yang sangat nyaman dan makanan yang mahal, sampai yang bernuansa "warteg"

Disini adalah surga bagi petualang kuliner. Yap and we're good to go. Kami berencana untuk mencoba semua restoran unik disini, dan aku berencana untuk menulis pengalamanku nanti. Siap-siap kere nih tapi T.T mesti hemat-hemat.

Tuesday 21 August 2012

Delivered by Symphony

I found another beauty beside nocturne op.9 no.2 from Chopin
It's Beethoven Piano Concerto No.5 Op.73
And suddenly I can feel your soft skin
Your neck and teeth
The light of your smile flying away from the quiet river in paradise
I feel like we had a lot of moment together
Where everyday tells a stories about nothing but joyful
When I look deep inside this dance of fingers on every key
Time is slowing down
And I breathe constantly
To hear my heartbeat
Bouncing off the meaning of love and life
Like you and me
They cannot be separated from each other
You're such a creation
Place where I can be different
And I don't mind
It's in your lips
I want to stay forever
Build a warm dwelling
Growing old
Sleep for eternally
Emotionally in love
Different feelings that I would like to dive in
I cannot see your face anymore
But if I could
The world is still not worth
But I will
Through this symphony
I even feel your smell


Sunday 19 August 2012

Silent Takbir

Rasanya aneh ketika malam takbiran hanya bisa dinikmati melalui jaringan internet. Di televisi disini pun tidak ada satu pun acara yang mengbarkan suasana takbiran di seluruh daerah. Tidak ada suara takbir memenuhi langit malam. Disini hanya ada kabut dan angin yang dingin. Tidak ada yang mudik. Hanya ada lalu lintas rutin menuju tempat wisata, atau kantor. Tidak ada uang THR untuk membeli baju lebaran dari Ayah. Hanya sweater lama yang menghangatkan badan. Tidak ada ketupat, opor ayam, semur daging, dan sayur paya makanan khas lebaran buatan mama. Hanya makanan kaleng dan makanan cepat saji lainnya karena jauh dari keluarga. Tak ada tangan-tangan yang kukenal untuk disalami. Disini semuanya terasa asing.

Tapi setiap tahun, kita harus lebih baik. Aku tidak khawatir karena Insya Allah aku melalui hari-hari yang lebih berat setiap tahunnya. Terus memaksa pikiran, tubuh, dan jiwa menjadi lebih baik. Karena ini adalah ciptaan yang paling sempurna dari yang maha kuasa. Mungkin sudah sejak dulu aku ingin mencoba jauh dari keluarga, bukan karena benci, tapi karena ingin mandiri. Aku pernah punya cita-cita untuk merasakan berlebaran sendiri tanpa keluarga. Aku ingin sekali menjadi reporter televisi dan melaporkan suasana lebaran di daerah yang jauh. Namun Tuhan memberikan dengan cara lain untukku dalam menikmati lebaran jauh dari keluarga. Aku ada disini mengejar ilmu dan cita-cita, jauh dari rumah dan kawan. Jauh dari cinta.

Alhamdulillah sudah 3 tahun ini aku menulis di saat malam takbir bergema. Suasana yang begitu spiritual membuatku ingin mengabadikannya dengan tulisan. Di tahun pertama Samudera bertarung dengan hatinya apakah harus memaafkan keluarganya, namun cinta sesungguhnya dari sang kekasih membuatnya luluh dengan kesedihan yang bahagia. Membuatnya tersenyum. Senyum Samudera. Lalu di tahun kedua aku mencoba berintrospeksi. Pengalaman pertama berpuasa berbarengan dengan pekerjaan. Semua bisa terlewati di minggu pertama, namun minggu kedua dan seterusnya, aku sangat jarang sholat tarawih dan mengaji, dan aku merasakan tahun itu lebih buruk dari tahun sebelumya. Apakah Ramadhanku sudah baik?

Dan tahun ini, walaupun aku tidak pernah sholat tarawih, entah kenapa aku merasa lebih baik dari tahun sebelumnya. Saat menjadi minoritas, cobaan terasa sangat sangat berat, tapi Alhamdulillah sebulan ini aku tidak pernah bolong dalam berpuasa. Aku harus melaksanakan puasa saat aku berada disini kurang dari satu bulan. Saat masih harus melakukan banyak penyesuaian.Namun inilah salah satu cita-citaku. Menjadi minoritas untuk lebih bersyukur. Waktu berpuasa yang jauh lebih lama pun bisa kulewati dengan sangat mengaggumkan. Air mata jatuh bersamaan dengan rasa syukur di setiap kesempatan. Lalu aku merasa, Aku hebat. Aku pantas memberikan penghargaan untuk diriku. 

Wednesday 15 August 2012

Mimpi Besar Seorang Anak Kecil

"Apa cita-cita lo?"
"Apa yang pengen lo raih 5 tahun kedepan?"
"Apa target dalam hidup lo?"
Dan aku hanya bisa terdiam, menjawab sekedarnya.Basa-basi ingin sukses dan bla bla bla
"Kalo si Angga dia pengen berlayar. Kerja di kapal. Jadi koki disana dia."
"Hidup lo baru sukses kalo lo udah mencapai target lo. Cita-cita lo."

Sebenarnya aku ingin menjawab sesuatu yang beda. Karena di kepala ada sedikit mimpi - bisa keluar negri atau ke sekolah di luar negri. Amerika. Tapi saat itu aku takut untuk mengatakannya karena aku takut itu hanya omongan seorang anak yang lahir dari keluarga yang sangat tidak memungkinkan untuk bisa melaksanankan mimpinya. Itu terlalu besar. Dan aku terlalu takut untuk membual.

Menerima gaji pertamaku saat itu sebesar 1.5 juta rupiah setelah bekerja 1 bulan yang sangat melelahkan dalam sejarah kerjaku. Aku bekerja di salah satu event anak-anak pada tahun 2009. Sempat berpikir untuk keluar di tengah-tengah event karena tekanan kerja dan juga dari orang-orang disana. Namun cita-cita membelikan mamaku handphone waktu itu membuat aku terus menyeret badanku untuk terus menyelesaikan 1 bulan ini. Bekerja hampir setiap hari. Sempat meneteskan air mata di bus 43 jurusan Cililitan-Tanjung Priok di pagi itu. Namun janji kepada diriku untuk memberikan sesuatu kepada ibunda membesarkan hati kecilku.

Setelah amplop di tangan, aku bahkan tidak pusing lagi mengenai cita-cita. Ah ini yang sangat realisitis bagiku, dibanding memikirkan bagaimana cara keluar negri yang sangat tidak mungkin terjadi. Itu adalah 1.5 juta terbesar dalam hidupku. Aku merasa bisa membeli semuanya dengan uang itu. Ah andai hati bisa sebersih dulu,  kerja keras dan ikhlas membuat kita bersyukur dengan apapun yang kita dapat. Hari itu juga aku langsung ke toko untuk membelikan mamaku handphone, dan aku membeli pizza ukuran besar dengan uangku sendiri. Mungkin itu pizza pertama dan terenak yang pernah aku beli dengan uang sendiri. Aku hanya mengambil 700ribu dari gaji pertamaku. Sisa uang aku berikan ke mamaku. Saat dia masih mengenakan mukena setelah sholat. "Nih ma, adi beliin handphone sama ini buat mama." Dengan 1.5 juta aku membeli dunia dengan kebahagiaan seorang ibu dengan mukena putihnya. Karena tidak tega, mamaku menyimpan uang 500 ribu yang aku berikan. "Udah ga usah pake ngasi duit lagi segala. Handphone aje cukup emaknye. Yaudeh makasi ye ini mama simpen aje duitnye buat keperluan nanti. Insya Allah adi ditambahin rejekinye ama Allah."
"Iya gapapa mah, udah itu buat mama, adi uda janji mau ngasi handphone ama duit."

3 Tahun berlalu sejak pertanyaan dan moment itu masih aku ingat. Di belakang panggung yang sempit, seorang pemimpin mencoba untuk membesarkan hatiku, bahwa sebenarnya aku bisa melakukan apa saja dengan mimpi.

Ketika hari ini aku lihat Angga, dia sudah menikah dengan wanita Peru dan bahkan baru memiliki seorang anak. Dulu ketika melihat foto-fotonya di fb, aku sangat iri karena dia bisa jalan-jalan keliling dunia. Wah asik bener deh ngeliatnya. Ingin rasanya seperti dia, bisa keluar negeri. Dan persis hari ini aku kembali ke 3 tahun lalu. Aku melihat seorang anak yang tertunduk karena malu untuk menceritakan mimpinya. Andai waktu itu aku memberitahukan cita-citaku, aku sekarang sudah menjadi orang yang sukses karena bisa mencapainya dalam waktu 3 tahun. Kalau aku ada disana, aku akan mengatakan kepada pemimpinku, "mba, cita-cita saya, saya ingin melihat dunia!" Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya bermacam-macam, kenapa kita hanya berdiam di satu tempat? Nikmati ciptaan tuhan di belahan bumi lainnya, dan kamu akan menemukan dirimu adalah orang yang bersyukur."

Kenapa takut untuk bermimpi? Sebuah karya besar dimulai dari setitik tinta. Bermimpi bukan membual. Toh kita tidak merugikan orang lain.


















Angga dan Aku

Sunday 12 August 2012

Finally Conflict!

Resiko yang pasti dihadapi ketika menjadi pelajar internasional adalah bertemu dengan banyak perbedaan dari perilaku sosial warga negara lain. Tinggal pilih, mau sabar menghadapi semua perbedaan sifat mereka - membuat kita kadang berpikir kenapa harus gue terus yang memaklumi dan mengalah, atau mau menunjukkan juga eksistensi yang hasilnya pasti benturan benturan prinsip yang bisa bikin kita malah bermusuhan.

1 bulan lebih 2 hari aku jauh dari keluarga, teman-teman, dan kehidupan ideal. Masih ada 10 bulan lagi untuk dilewati. Tapi hampir 2 minggu ini aku tidak pernah ngomong sama temen "P" yang tinggal 1 rumah dan sahur bareng! Ceritanya berakumulasi, dan puncaknya adalah ketika dia tidak suka karena aku menasehatinya. Menurut gue doi ngga punya tata krama atau beda dengan nilai ideal gue. Menurutnya dia bisa memakai barang-barang gue tanpa harus minta izin terlebih dahulu. Menurutnya karena kita teman dan keluarga. Menurutku dia kurang mempunyai sopan santun. Seenaknya pake-pake barang orang dan bisa-bisanya bawa-bawa "karena temen dan seperti keluarga." Padahal dia hanya ngomong cuma kalau mau minjem barang-barang gue aja.

Konflik ini puncaknya ketika aku sedang tidur, dan ketika bangun tiba-tiba dia udah ada di kamar, di sebelahku, menggunakan laptopku. Langsung lah aku tanya "What are you doing? Did you have my permission to use my laptop?" dan sinar muka dia menunjukkan kalau dia kaget dan tau kalau salah, tapi dia masih berkelit "I just checking my blah blah blah." dan I don't care, man, dalam hatiku. Dia bilang "I thought you were sleeping, so I just use your laptop." WHAT?? aku benar-benar ga nyangka dia masih bisa-bisanya ngomong kaya gitu. Terus aku bales "So you can use everything in my room when I'm sleeping? This is my personal thing, you have to ask if you want to use my laptop. Did I ever said 'no' if you want to use my laptop?" Lalu dia "OK OK blah blah blah" dan melengos dengan pembelaan-pembelaan yang gue ga inget. No "Sorry" atau lainnya.

Lalu aku merasa ini saatnya meluruskan hal ini, karena aku sudah menahan kesabaran atas perbedaan ini cukup lama, dengan kelakuan-kelakuannya yang cukup oke untuk membuat terperanga. Entah apakah kelakuan orang yang satu ini adalah representasi dari seluruh kelakuan warga negara seperti dia. Banyak keanehan yang sudah dibuatnya, tapi yang paling aku ingat adalah ketika pada suatu hari dia masuk ke kamarku dan ingin meminjam laptop. Saat itu bertepatan dengan waktu sholatku dan aku bilang aku akan segera sholat. Padahal dia tau syarat sholat adalah harus berwudhu dulu yang tidak akan memakan waktu seharian, paling 2 menit, tapi dia tetap kukuh untuk meminjam sebentar. Hubungan antara laptop dan sholatku adalah aku sholat di tempat aku biasa menggunakan laptop. Jadi ketika akan sholat, space itu harus dikosongkan, dan tidak boleh ada orang menggunakan laptop untuk keperluan apapun. Dan ketika aku selesai wudhu dan masuk kamar, dia masih asyik dengan dunianya dan tidak menghiraukanku yang sudah rapih dan siap untuk sholat. Aku sengaja tidak ngomong, tapi dia tidak sadar-sadar juga. Lalu akhirnya aku ngomong "Ok man, I'm gonna have my prayer now." dan lalu dia bangun dan dengan santainya berusaha membawa laptopku. Kejadian itu kalau di slow motion lucu juga, dan kurang lebih adegannya seperti ini : Bangun, bergeser ke kiri dan memasukkan bangku ke dalam meja, melihat-lihat sisi laptop, mengangkat sedikit, lalu "YAK" mencabut kabel charger saudara-saudara. Lalu matilah laptopku karena aku tidak pernah menggunakan baterai. Lalu kami berdua sempat berada dalam awkward moment beberapa saat. Otakku mencerna kejadian yang ada di depan mata dan memberikan informasi ke data yang tersimpan selama hidup ini - apakah ada kejadian sama yang pernah terjadi sebelumnya seperti ini. Setelah otak memberikan informasi bahwa ini adalah kejadian pertama kali, lalu dia menyimpannya dalam folder "langka" di otak, lalu langkah berikutnya adalah merespon kejadian "langka" tersebut dengan jawaban yang jujur apa adanya "What are you doing??" Maksudnya disini adalah 2 pertanyaan - kenapa dia mencabut kabel charger, dan kedua adalah siapa yang suruh (mau ngapain) dia bawa laptop gue?? Lalu dengan perlahan dia menaruh laptopku kembali ke meja dan mulai melancarkan aksi defensif dengan menunjukkan keheranan dan keluguan dengan ekspresi wajahnya lalu bertanya balik "You're charging?" *facepalm "YES," jawabku. Walaupun sebenarnya pertanyaan itu tdak harus dijawab. Lalu dia mundur perlahan sambil tetap terlihat bingung dan tidak tau harus melakukan apa. Sebenarnya kata "Sorry" bisa menyelamatkannya dari keadaan canggung ini, tapi secara kata itu tidak ada dalam kamus kehidupan orang ini sepertinya, jadi yah mau bilang apa. Karena sudah terlanjur sebal dan heran juga, aku akhirnya memutuskan untuk langsung sholat tanpa mengindahkan dia yang masih ada di belakangku dan berdiri mematung untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menyadari bahwa aku tidak meresponnya - dia lalu pergi.

Temanku yang satu ini nampaknya juga memiliki keistimewaan lainnya. Dari analisa yang aku buat setelah waktu itu melakukan obrolan cukup panjang dengannya adalah dia tipe orang yang merasa selalu benar. Hal itu didapat ketika kita berbicara, dia banyak sekali menggunakan kata "No" dan meneruskan dengan opininya, dan kadang lucu juga mendengarnya, tapi aku membenarkan saja untuk menghindari perdebatan yang lebih sengit namun kurang penting.

Melalui pertimbangan-pertimbangan diatas akhirnya aku memutuskan untuk berbicara dengannya untuk meluruskan hal yang telah terjadi - bahwa dengan alasan apapun dia tidak bisa seenaknya memakai barang orang lain tanpa seizin yang punya. Tapi kalian pasti sudah bisa menduga, begitu aku masuk kamarnya dan mulai berusaha berbicara dengannya, dia seperti menolak dan mengatakan "Ok no need to talk about this, it's not a big deal," dengan ekspresi kesal yang dibalut senyum sehingga terlihat aneh. If it's not a big deal, you can do any more big deal to me. Maybe next time he can take my laptop and say it's not a big deal. Tolak menolak pembicaraan terjadi beberapa kali dengan detil yang tidak bisa diceritakan karena intinya menggunakan omongan yang hampir sama.

Karena kejadian ini sudah lama, jadi aku tidak begitu ingat detilnya, dan sebaiknya tidak usah diingat-ingat lagi, karena banyak hal yang lebih penting yang harus diingat selain mengingat ini -___- Dan ini juga sebagai pebelajaran bagiku bahwa dunia ini luas, dan Tuhan menciptakannya untuk kita agar mengambil pelajaran dari hal-hal yang kita temui. Ini sebagai proses pencapaian tingkat spiritual juga, bagaimana kita berhadapan dengan perbedaan namun semua bisa berjalan baik-baik saja. Seminggu lagi aku akan merayakan idul fitri disini, dan kami masih 'marahan' well sebenarnya akhir-akhir ini lebih baik dibanding awal-awal. Ahh biar waktu yang menyembuhkan, and guess what, beberapa hari ini penuh dengan cobaan tapi aku lebih bisa berbesar hati untuk menerimanya. Karena kami semua disini masih menyesuaikan.

Tulisan ini mungkin terlihat tidak penting, tapi cukup 1 tahun kedepan mungkin aku akan senyum-senyum sendiri ketika membaca ini, terlebih andai tulisan ini ada di buku kompilasi petualangan CCIP 2012 

Saturday 21 July 2012

Hari Pertama Puasa di San Francisco

Menunggu jam-jam menjelang matahari terbenam di San Francisco aku akan menceritakan pengalaman pertama kali menjalankan ibadah puasa di negeri asing. Kalau banyak orang di Jakarta mengeluh karena jam 6 sore datang sangat lama, atau bahkan membatalkan puasanya hanya karena sedikit haus atau lapar, aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepada mereka jika mengetahui kalau pukul 8:30 malam adalah waktu berbuka puasaku disini. Kurang lebih 16 jam 30 menit aku harus menahan lapar & haus plus cobaan sebenarnya - menjadi minoritas. Tapi mungkin disini tidak akan terlalu merasa haus karena udara yang lembab dan angin yang dingin. Yah semua negara punya kekurangan dan kelebihan.

Pukul 3 pagi aku harus bangun sendiri, tidak ada mama yang biasa mengetuk pintu, suara-suara di dapur atau acara televisi yang membangunkanku untuk sahur. Hanya niat yang tulus dan alarm yang keras yang membangunkanku. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai karena semua makanan harus disiapkan sendiri dalam waktu setengah jam, dan setengah jam lagi untuk makan sahur. Di apartemenku ada tiga orang yang menjalankan ibadah puasa (semoga kita semua konsisten) satu bernama Ejaz dari Pakistan, dan Jon dari Tajikistan. Tapi sepertinya Jon mempunya waktu berbeda dalam menjalankan ibadah sahur, jadi sepertinya kita tidak akan makan sahur bersama.

Tidak ada banyak bahan yang bisa dimasak, dan tidak ada waktu untuk memasak sesuatu yang akan memakan waktu lama. Hanya dengan telur, ayam , ikan, udang olahan, kentang dan kacang panjang, dan nasi yang banyak sepertinya akan menjadi menu sahurku sebulan ini. Dengan susu dan madu sepertinya sudah lebih dari cukup.

Sahur ini dilalui dengan tenang, tanpa hingar bingar televisi yang memutarkan beragam acara untuk menemani sahur. Dan sahur ini ditambah dengan mengetahui menu sahur teman Pakistanku. Dia hanya makan beberapa roti dengan madu dan semacam kacang almond, dan pineapple jus.















Setelah sholat subuh pukul 4:36 waktu setempat, aku hanya bisa tidur sekitar 2 jam karena pada pukul 6:30 aku harus bangun karena hari ini adalah hari pertama aku melakukan Volunteer sekitar 4 jam. Selama setahun program ini berjalan, kami (CCI students) diwajibkan melakukan volunteer 100 jam. First day of fasting, first day of volunteering. Kegiatan volunteer dimulai sekitar pukul 9 di kampus. Hari ini aku membantu international staff untuk melakukan orientasi kepada mahasiswa-mahasiswa international yang akan mulai Fall Academic bulan Agustus ini. Kegiatannya cukup mudah. Kami disuruh untuk membantu para Mahasiswa untuk registrasi absen orientasi, dan siang harinya membantu membagikan makan siang. You must know the hardest part. Yaps saat jam makan siang. Ketika semua orang dengan santainya menikmati ayam goreng, bihun, salad, snack, dan cola sambil tertawa-tawa. Tapi aku malah tersenyum dan dalam hati berkata "Yes akhirnya bisa merasakan menjadi minoritas!" It's kinda cool for me...



"Saat orientasi. Aku harus mengikuti acara ini juga karena ada informasi-informasi yang akan dibutuhkan selama masa akademik nanti berjalan."










"Inilah kurang lebih suasana di cafetaria saat makan siang."


















Kami selesai volunteering pukul 1 siang karena harus masuk kelas. Kegiatan orientasi selesai pada pukul 6 sore. Beberapa hari ini aku selalu mengantuk saat di kelas, dan tadi ditambah dengan sakit kepala, maka lengkaplah sudah perjuangan hari pertama berpuasa ini.

Cobaan hari pertama bukanlah dari rasa lapar, tapi dari cobaan emosional yang timbul karena perbedaan karakter dan budaya. Perbedaan watak dan karakter dari teman-teman India dan Pakistan adalah cobaan terbesarku disini, dan mungkin tidak jauh berbeda dengan teman-teman lainnya (Agar CCIP berikutnya bisa siap-siap mental :p) Untuk cobaan budaya datang dari semua negara. Hari ini aku baru mengetahui kalau aku tidak bisa mengandalkan mereka untuk memahami statusku yang sedang berpuasa. Setelah kelas selesai, kami diminta untuk mengambil makanan yang tersisa dari lunch break tadi, dan lumayan banyak. Dan ternyata aku tidak kebagian daging ayam. Ketika aku mencoba untuk memberi pencerahan bahwa aku butuh daging untuk berbuka dan berpuasa nanti, mereka seperti tidak peduli dan tidak mau membagi ayam yang mereka dapat. Awalnya sedih juga sih rasanya mengetahui kalau aku benar-benar sendirian disini. Tapi inilah kenyataannya, dan aku hanya mendapat semacam mie dan brokoli-brokoli yang akan menjadi menu berbuka dan sahurku nanti.

Haahhh satu bulan ini akan menjadi bulan puasa terkeren yang pernah aku jalani. Selamat berpuasa untuk teman-teman yang menjalankan. Tetap semangat!!

Saturday 7 July 2012

New Home

Hai apa kabar? Saya baru sempat menulis lagi sekarang. Saya pernah berjanji akan membuat tulisan tentang perjalanan saya ke San Francisco (Mulai dari pengalaman terbang sendirian sampai menginjakkan kaki di San Francisco) tapi saya mungkin hanya bisa sharing sedikit perasaan saat pertama kali menginjakkan kaki disini. Saya sampai kurang lebih 5 hari yang lalu, yaitu pada tanggal 2 juli 2012 pukul 9:30 AM waktu setempat, dan berhasil menghirup udara segar dan angin yang dingin San Francisco sekitar pukul 10 pagi. Jadi hanya sekitar setengah jam saya melewati imigrasi, baggage claim, dan final security check. Cepat kan? Sangat jauh berbeda dari bayangan saya - yang mungkin akan memasuki secondary check dkk yang pasti terdengar menyeramkan saat kalian update di grup atau dari PDO. Tapi sebenarnya itu bagus untuk membuat kalian benar-benar siap menghadapi situasi yang mungkin akan terjadi. Saat travel sendirian pun sangat jauh dari bayangan saya yang akan sangat membingungkan (secara blm pernah naik pesawat keluar negri, baru pas PDO aja) CCIP participant 2011 told me that. Kamu malah bakal enjoy deh kalo pergi sendirian, trust me it's gonna be so great! Ngerasain tidur di airport dan talked to stranger dll.

Anyway, setelah sampai di bandara, saya tidak langsung menemukan orang yang jemput, which was our assistant of PC - Tay. Jadi saya sempet ngarol ngidul kemana-mana, takut mereka meninggalkan saya. Sempet telpon ke PC Ken tapi dia tidak ada di tempat. Beberapa menit saya habiskan untuk mencari-cari mereka (padahal harusnya gue yang dicari kan) dan yak panikisme melanda. Lalu saya memutuskan untuk duduk sebentar untuk ol, eh tapi tidak lama kemudian Tay datang dengan name tagnya "Muhammad Mahdy, City college of San Francisco"

Setelah itu kamu harus menunggu 2 orang lainnya dari Brazil yang belum datang. Setelah lengkap semua, kami lalu naik taksi menuju Parkmerced Apartment at 19th ave. Selama perjalanan gw ga bisa berhenti noleh kanan kiri, dan rahang ga bisa menutup. I'm sure that you know why. San Francisco is sooo beautiful. Terharu banget bisa ada disini, kemarin masih ada di Jakarta, menghadapi kegalauan hari demi hari. And after that day you might find yourself become so mellow and there is the first shock you might feel. Just contact family or any person you love and ask them to tell you that you did a great job here..and you'll be fine

sayangnya batre kamera n hp mati semua, jadi g bisa foto2 di bandara :((



Saturday 30 June 2012

Counting Down & Isolating

From : Your friend

Di post ini sebenarnya sudah ada tulisan tentang perasaan yang akan aku ceritakan. But you know what? I think I'm gonna keep this just for me. Kalian akan merasakannya sendiri nanti, dan saranku adalah, simpan saja yang satu ini untuk diri sendiri. Asingkan diri kalian sejenak dari teman, sahabat, kekasih, bahkan keluarga. Cause this is all about you. Just you. Luangkan kesendirian untuk sekedar bersyukur kepada Tuhan bahwa kamu telah diciptakan, dan berterima kasih lah atas semua berkah yang telah diberikan - yang bahkan tidak kamu sadari. 


To :

All CCIP students who's going to leave all your life until this moment because tomorrow you're a completely different person

Thursday 28 June 2012

Tanah Merah

Mereka yang terusir karena berbicara di belakang pemimpinnya
Menyebar fitnah ke seluruh penjuru dunia
Lalu pasukan berkuda mereka datang di saat yang tenang
Menjadikan padang pasir ini berubah menjadi lautan darah
Tak ada tembok yang bisa melindungi dari busur panah,
yang melesat bersama angin yang bertiup dari segala arah
Setelahnya terlihat wajah-wajah tergantung tanpa sinar mata

Sungguh pengumpat-pengumpat itu akan membayar apa yang telah mereka perbuat
Ceritakan hari ini kepada bayi-bayi yang terlindungi
Untuk semua perbuatan yang dilakukan ada balasan yang akan diberikan
Berdiri tegaklah untuk tiba giliran kita
Pembalasan dendam untuk setiap ayah yang terbantai
Untuk semua anak yang hidup dalam ketakutan
Begitu terasa saat malam datang tanpa suara
Dan siang pergi begitu cepat
Lalu langit dari kejauhan terlihat menyala-nyala
Kemudian teringat cerita sang pengelana:

"Hari ini akan datang ketika kau lihat hujan api"
"Maka peluklah kekasihmu erat-erat"
"Ini mungkin hari terakhir kita, maka peluklah aku dengan erat"

Pasukan berjalan dalam bayangan malam
Datang saat mereka sedang menikmati santapan
Air mata dan jeritan wanita terasa sampai ke dalam hutan ketika suami mereka tak bernyawa
Tak ada jalan keluar karena hutan dan serigala-serigala pun membenci mereka
Mainkan musikmu untuk terakhir kalinya
Diantara tumpukan mayat yang terhina
Kemudian diberikan ampunan kepadamu untuk mengambil pelajaran

Maka begitulah cerita tentang tanah merah sampai ke kepada kalian
Dari seorang pengelana



Tuesday 26 June 2012

Dari Pikiran Pagi


Pagi-pagi buta bapak sudah berpakaian rapih dan menyantap sarapan secangkir kopi. Tak lelah setiap hari mengendarai sepeda tuanya menuju kantor pos, untuk kemudian bersepeda lagi sepanjang hari demi mengantarkan surat-surat atau kiriman paket ke rumah-rumah istri-istri yang suami-suaminya berjuang di medan perang, atau yang anak-anaknya dalam perantauan.

Sementara Lestari terlalu lelah melacurkan diri pada kemunafikan. Berpakaian seperti orang lain, bertingkah seperti orang lain, bahkan berbicara seperti orang lain. Setiap malam tidaklah mungkin dihabiskan tanpa menatap kosong ke jendela kamar yang tak jarang ditemani linangan air mata. Mengingat-ingat kalau bukan karena sang bunda yang selalu sakit hampir setiap bulan.

Hei, Tuhan itu Maha adil. Tengoklah sebentar ke seberang pabrik besi di tengah padang gersang. Abdullah berhasil meningkatkan derajat hidupnya, keluarganya, dan orang-orang di lingkungan sekitar yang dulu tidak punya pekerjaan kecuali mengais sisa perabotan. Dari merangkak tertatih-tatih sebagai pengurus Musholla kecil yang hidup dari kiriman makanan dan uang warga sekitar, namun kebesaran hati yang mulia seorang yatim piatu sejak kecil, dan dari tidak pernah absennya dia berjuang di jalan Allah, membawanya sedikit demi sedikit semakin dekat ke pintu rezeki yang sangat besar yang berukirkan namanya dengan indah. Ketika dia membuka pintu itu, cahaya masuk menyilaukan mata. Dan ketika dia membuka matanya, ruangan bersih dan tertata rapih beserta AC sejuk sekarang adalah tempat kerjanya.
Namun semua itu tidak akan bisa dicapai tanpa kejujuran. Karena kata Abdullah, "jujurlah seperti cermin"

Thursday 21 June 2012

Chopin dan Cinta



memejamkan mata tak berarti menolak keindahan Sang pencipta
karena musik bukanlah produk neraka
aku ingin berdoa
agar semesta senantiasa menjaga
setiap keluarga
setiap kelembutan di seluruh tubuhmu diciptakan untuk menenangkanku
agar setiap tetes air kehidupanku mengikis setiap batu di dalam keras hatimu
Lalu terdengar alunan si pujangga piano
Fryderyc Franciszek Chopin
Lahir di desa Zelazowa Wola,
Dekat Warsawa,
Polandia
Yang tanpa malu menciptakan lantunan melankoli pada era romantis
Jari-jarinya bisa menidurkan rerumputan
Dan kita bisa bermesraan
Berdansa walau tak biasa
Menertawakan semua masalah yang ada
Dan ketika lagu ini mencapai puncaknya
Semua diam tanpa nada
Karena tidak akan ada yang lebih indah darinya
Kemudian kau sentuh kulitku
Seperti Chopin menyentuh tuts piano terakhirnya
Lalu aku menjadi piano dan kau pemilikku
Lakukan apa saja
Karena kau akan mencipta
Dan aku tak punya kuasa
Ketika Chopin tiada
Dirinya tetap hidup dalam nada








Chopin melakukan konser terakhirnya di Paris dan London











17 Oktober 1849 meninggallah ia
"Bunga terbaik dari aristokrat feminin dalam wujud terindah memenuhi Salle Pleye"



Chopin's last Piano