Monday 9 August 2010

Sisa Malaikat

Aku berbaring diatas ranjang besar dingin sehabis hujan. Menghitung langit-langit persegi. Mencoba mengusir kebosanan televisi yang terus berbicara seperti sales marketing ditelinga. Dan sinarnya menghasut agar menoleh sebentar - sekedar melihat iklan pasta gigi, atau promo acara. Tapi aku tak tergoda. Melihat langit-langit kamar nenekku. Dulu nenek dan abib - kakekku. Tapi kata itu sudah tak terpakai lagi, seiring pulangnya jiwa meninggalkan tubuh lemah dan kaku yang disembunyikan dibawah tanah merah. Sendiri.

Memoriku tiba-tiba kembali ke saat abibku menghembuskan napasnya untuk terakhir kali. Saat itu aku berumur 14 tahun. Dan sekarang, aku berbaring ditempat ia menemui tuhannya. Aku mencari-cari, adakah sisa-sisa malaikat hadir di langit-langit. Kata orang, malaikat muncul dari atas mata kita, saat akan mencabut nyawa. Aku menerka, apa yang dibawanya. Adakah yang tertinggal untuk dilihat oleh orang-orang yang masih hidup Membayangkan menjadi dirinya - abibku. Melihat ke langit-langit dan menunggu malaikat muncul dari atas kita dan memberikan sesuatu. Mungkin semacam surat dari tuhan, bahwa saat ini, kontrak hidup kita sudah habis, dan tidak bisa diperpanjang. Lalu dia mulai mengambil nyawa yang melekat di kulit-kulit. Bahkan lebih dekat jaraknya daripada kulit dan nadi.

Malaikat mencabutnya perlahan, agar tidak menyakitkannya. Agar abib dapat berpesan kepada yang masih hidup. Tapi dia tidak pernah berbicara. Tumor otak menghambat sensor motoriknya. Dia tidak bisa berbicara, dan setengah lumpuh. Hanya napas yang setengah-setengah mengkomunikasikan bahwa hidupnya sebentar lagi. Baru kali itu aku melihat seorang manusia yang sekarat. Dan rasanya menakutkan, dan menyedihkan. Setelah napas habis, air mata keluar liar. Bercucuran. Tapi abib bisa dibilang beruntung. Keluarganya hadir, disaat terakhirnya. Dia melihat anak-anak dan cucu-cucu untuk terakhir kalinya. Dia meninggal diatas ranjangnya yang nyaman, dengan susu putih hangat yang masih tersisa.

Dan sekarang dingin, sehabis hujan. Dan aku menerawang jauh kebelakang, melihat ke langit-langit, tempat matanya terakhir kali melihat. Malaikat. Mencari sisa peninggalan ciptaan tuhan yang gaib. Dan aku menemukannya. Kenangan. Peringatan kepada yang masih hidup. Kepadaku. Dulu ada manusia yang hidup, dan pasti mati.Belum ada malaikat yang datang sekarang.


Mungkin kau tahu, atau mungkin tidak bib. Tapi aku selalu mendoakanmu setelah sholatku.

Berbahagialah abib disana...

No comments:

Post a Comment