dibawah kumandang panggilan tuhan
duduk seorang anak yang cantik
bibirnya merah lugu
memisahkan diri dari rombongan tua
duduk bersandar di tembok luar masjid
menunggu tangan dermawan
bersama rombongan
anak-anak yang bermain disekitarnya menjadi semu
fatamorgana tak terhiraukan
matanya menerawang menembus langit
mencoba mencari tuhannya
mengapa ia tidak bisa sekolah seperti anak-anak lain
tidak bisa bermain lari-larian
hanya mengikuti rombongan peminta belas kasih dermawan
matanya mencari tanpa emosi
mencari hiburan hanya dengan dirinya sendiri
persis seperti diriku saat menatapnya
kemudian aku merasa aku adalah orang yang baik