Tuesday 5 July 2016

Dari Yang Menjaga Diri

Hai, kau yang berjalan sendiri, kemarilah!
Hendak kemanakah dirimu?
Aku pun akan segera pergi dari sini, namun aku ingin melihatmu dulu sebentar lagi.
Temani aku merenung malam ini.
Masih adakah orang yang tertarik untuk bersama-sama tidak melakukan sesuatu?
Pikiranku terbuka seluas pandangan mata yang menatap langit senja dari atas gunung.
Tanpa halangan, menerima rahasia langit dari Tuhan.
Mengkhayalkan kumpulan awan.
Kadang aku berpikir ada rumah-rumah di atasnya.
Bagaimana rasanya tinggal di sana?
Engkau tidak salah! Memang ada sesuatu di balik awan. Lebih banyak lagi dibalik langit.
Aku sering berkunjung.
Namun kali ini aku ada di sini.
Berjalan di depanmu seakan-akan hendak pergi.
Padahal akulah yang sangat ingin berada di sini.
Menemanimu merenung tentang hari ini.
Apa yang sudah engkau lakukan?
Entahlah
Aku pernah berada sangat tinggi.
Aku pernah berada sangat rendah.
Aku pernah berdiam diri seperti emas.
Aku juga pernah berenergi buas tak bermanfaat.
Tapi kalau boleh jujur aku lebih menyukai malam ini dibanding malam sebelumnya.
Malam ini lebih tenang.
Mungkin hati engkau yang lebih tenang.
Malam sebelumnya terlalu banyak hal.
Terlalu banyak.
Aku senang engkau bisa merubah semua ini.
Tapi aku takut tidak mampu mempertahankannya.
Akhir-akhir ini aku semakin rapuh kala sendiri.
Mungkinkah aku bisa mendapatkan seorang sahabat?
Menurutmu bagaimana? Apakah aku bisa?
Aku pun tidak mengetahui. Tapi aku berharap semoga apa yang selama ini engkau pikirkan, adalah sebuah petunjuk dari Tuhan.
Jika tidak, bersabarlah.
Mungkin engkau masih belum pantas.
Ketahuilah, sesulit apapun yang engkau rasakan, aku akan selalu mendukungmu.
Aku tidak mau berdoa lagi.
Berdoa dengan memaksa.
Doa yang didorong oleh hawa nafsu.
Doaku selalu aku sembunyikan.
Semoga Tuhanmu tahu kalau aku malu.
Oh Dia Maha mengetahui.
Baiklah aku sebenarnya ingin menjabat tangan engkau dan mengucapkan selamat.
Tapi aku berharap sekali engkau bisa menemuiku lebih sering di kemudian hari.
Aku akan selalu berusaha menjadi lebih baik.
Siapakah dirimu wahai yang berjalan sendiri?
Akankah aku menemuimu lagi wahai yang hendak pergi?

Aku adalah engkau, saat dirimu ingin dimengerti.
Aku adalah sholat sunahmu yang engkau mulai geluti dengan segan.
Aku adalah sujudmu, ketika engkau berusaha membuatnya sempurna.
Aku adalah perempuanmu, yang akan kau bimbing di jalan Tuhan di dunia dan Isteri mu kelak di akhirat.
Aku adalah aliran air matamu saat engkau berdoa, yang kembali meresap ke dalam pori-pori, yang terhapus baju atau tanganmu, yang menguap ketika kau biarkan dia jatuh.
Aku adalah syahwatmu yang tidak kau jaga.
Aku adalah kesabaranmu yang sangat sedikit kau pelihara.
Aku adalah pikiran burukmu terhadap sesuatu.
Aku adalah Tarawihmu yang kau bergembira karena behasil mengejarnya.
Aku adalah embusan napasmu yang dirasakan tanganmu karena begitu dekat kau berdoa.
Aku adalah setiap kata yang keluar dari mulutmu saat kau melantunkan ayat Al-Qur'an.
Aku adalah doa khatam-mu, dan awalan Al-qur'an yang kau mulai lagi.
Aku adalah rasa malasmu, saat memasuki akhir-akhir Ramadan.
Aku adalah puasamu yang hanya Allah yang Maha mengetahui.
Aku adalah Ramadanmu. 

Kau adalah kegembiraan diantara begitu banyak kesedihan.
Kau adalah kesedihan yang kurindukan. Kesedihan yang sebenarnya.
Selamat jalan. Semoga kita bisa bertemu lagi.

No comments:

Post a Comment