Tuesday, 4 October 2011

Laki-laki yang memberikan cincin kawin

Malam itu Plamos tidak sengaja bertemu kembali dengan Arcadia, kekasihnya seratus tahun lalu. Mereka hanya menukar kabar seakan semuanya baik-baik saja. Seakan mereka tidak pernah menjalin asmara. Plamos tahu Arcadia sudah menikah.Dan Arcadia tahu kalau Plamos masih mencintainya. Dalam hati, Plamos berteriak "kenapa kita tidak bisa bersatu." Dalam hati, Arcadia menjerit "Plamos, aku akan selalu berdoa untukmu."

Namun mereka hanya bertukar sapa, menanya kabar. Plamos melihat jari-jari Arcadia masih polos tanpa satu cincin pun. Saat seperti mereka memadu cinta. Plamos berkata mengapa Arcadia tidak mengenakan cincin kawin. Arcadia berkata bahwa suaminya tidak memberikan cincin kepadanya. Plamos marah. "Kenapa suami Arcadia tidak memberikannya cincin kawin. Apakah suami Arcadia juga tidak mengenakan cincin. Kalau begitu dia pasti bisa berselingkuh kapan saja." Di benaknya, mulai masuk kecurigaan-kecurigaan tentang suami Arcadia.

Plamos menatap Arcadia yang tanpa ekspresi. Baginya, Arcadia yang tanpa ekspresi justru mengeluarkan berjuta ekspresi - Arcadia bersedih. Arcadia yang dikenal Plamos dahulu adalah seorang dewi yang dapat menyinari semesta dengan kehangatannya. Dewi yang dapat membuat bulan purnama menangis karena tidak akan dipandang sebagai sesuatu yang indah. Tidak akan diibaratkan cinta. Sekarang Arcadia tanpa ekspresi, Plamos tahu Arcadia tidak bahagia. Arcadia tidak dicintai.Arcadia tidak mengenakan cincin.

Pada saat itu juga Plamos membuatkan cincin terindah dan memberikannya kepada Arcadia. "Tolong pakailah ini di jari manismu. Berikan juga ini kepada suamimu untuk dipakainya." Plamos memberikan cincin lainnya kepada Arcadia.
"Tapi kenapa?" Arcadia bertanya dengan sendu.
"Pakailah cincin ini di jari manismu agar kau selalu dijaganya. Agar tidak akan ada dewa, atau orang lain yang mencoba mendekatimu karena melihatmu tanpa cincin kawin. Berikan ini kepada suamimu agar ia tidak bisa mencoba mendekati wanita lain. Pakailah ini untuk mengenangku. Kau mungkin menikahi laki-laki lain, tapi aku adalah simbol cinta dalam dirimu. aku adalah cincin kawinmu. Kau mungkin menikahi lai-laki lain, tapi aku adalah laki-laki yang memberikanmu cincin kawin. Aku adalah lambang cintamu."

Mendengar perkataan itu, hati Arcadia hancur lebur. Ia menangis dalam hati, tak bisa memeluk Plamos lekat-lekat. Arcadia hanya bisa tersenyum getir dan menyentuh sedikit bahu Plamos. "Terima kasih, Plamos. Jaga dirimu baik-baik." Keduanya lalu menghilang.

Mungkin jika kita melihat ke langit, disana Plamos dan Arcadia bersinar berdampingan.
Mungkin jika kita menggambar surga, disana Plamos dan Arcadia duduk diatas dipan dibawah pohon anggur bersama





2 comments:

  1. Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Monggo,silahkan liat-liat yang lain :)

    ReplyDelete