Udara malam pun tidak dapat masuk ke dalam rumah ini. Ke
dapur ini. Ke kamar tidur ini – Semuanya bercampur jadi satu. Dengan dihuni
oleh 4 orang, rumah ini menjelma menjadi selimut panas. Kami tidak mempunyai
kipas angin kecil. Hanya sebuah kipas anyaman tua yang sudah rombeng. Hanya
mengandalkan kaca nako kecil yang dibuka lebar-lebar agar udara malam sesekali
bisa masuk dan akan terasa nikmat diantara dengungan nyamuk yang sangat
mengganggu. Ali teringat menonton sinetron di rumah tetangga. Sinetron orang kaya.
Betapa nikmat tidur di kamar ber-AC. Seperti berada di surga, mungkin. Tempat
tidur besar dan empuk memanjakan. Setelah pulang, ia menceritakan kepada ibunya,
betapa enaknya tidur dengan AC. Saat itu ia ingin sekali mengajak keluarganya
untuk ikut merasakan kenikmatan tersebut. Ali ingin sekali membeli AC.
Dini hari saat keluarganya sudah terlelap, Ali duduk di
dekat kaca nako kecil. Ia duduk sambil menepuk nyamuk-nyamuk yang hinggap di
kaki, tangan, dan pipinya. Ali merasa terganggu. Tapi, ia sangat ingin merasakan kamar ber-AC seperti
yang ditontonnya di sinetron. Kamar itu kira-kira seluas rumahnya. Di kamar
ber-AC tidak ada nyamuk. Jadi, kalau ia masih sibuk menepuk dan menggaruk, ia
belum mendapatkan AC itu. Ali berusaha menahan gatal. Ia duduk diam,
mendekatkan pipi ke kaca nako yang dibuka lebar-lebar. Ali menutup mata.
Beberapa saat kemudian, Ali mulai mengganti gerakan. Matanya
yang tertutup perlahan terbelalak seiring jemarinya yang bermain di lubang
hidung. Ya, Ali berganti aktifitas: Ngupil! Ali asyik memainkan jemari, sementara satu
tangan lainnya menangkap nyamuk yang tersisa. Hingga beberapa menit, tinggal satu
lagi nyamuk yang belum tereksekusi. Hingga Ali beranggapan, inilah rajanya
nyamuk. Saat nyamuk itu sudah berkeliaran diatas kepalanya, Ali terkonsentrasi
penuh “Pokoknya saya harus bisa tenang merasakan udara sejuk tanpa gangguan
dari arah manapun!” Pikirnya.
Happpp!...Happp!
“Sialan!”raja nyamuk mulai berkelit.
Kasurnya sudah berantakan, saat raja nyamuk tepat di depan
mata, dua tangan Ali mulai beraksi dan plaakkk! Sambil menjatuhkan diri ke atas
kasur sebuah benda kecil akhirnya terasa di telapak tangannya. Bentuknya lendir,
kehitam-hitaman.
Begitu dibuka, Ali tak menyadari kalau benda kecil itu
adalah hasil permainan jemarinya sendiri di lubang hidung.
Written by : Muhammad Mahdy, Keisha, Ali Zaenal Abidin
(Hasil kreatifitas yang tercipta dikala internet kantor tewas)
Belum kelar sebenernya sih...
ReplyDeletelw bikin novel aja sekalian..
ReplyDeletesebenernya lucu lho kalo dilanjutin tapi jangan terlalu panjang yaa ^^
ReplyDeleteitu dia kenapa saya ngga mau dilanjutin. malah jadi lucu. padahal awalnya saya ingin bikin cerita yang sedih,eh tapi dasar teman saya penulis 'geblek' jadilah cerita yang diputar 180 derajat ama dia
ReplyDeletesayang sekali ceritanya belum selesai... ^^
ReplyDelete