ahh saya orangnya memang sedikit pemikir. jadi sering ada pertanyaan yang datang tiba-tiba.
"Love is not labeled by religion, but marriage does. Think again the essential of marriage"
"Cinta tidak dibatasi oleh agama, tapi pernikahan dibatasi oleh agama." Lalu saya mempertanyakan lagi makna sebenarnya dari pernikahan
Mungkin agama manapun mengajarkan untuk mencintai semua manusia, hewan, semua yang ada di bumi. Tapi kenapa ketika sampai ke pernikahan... Sepertinya tidak ada ajaran agama manapun yang membenarkan beda agama - jika kita bicara pernikahan didasarkan cinta.
Kita bicara tentang Tuhan. Dia Maha tahu segalanya. Dia tahu manusia bisa mencintai manusia lain yang beda agama. Lalu kenapa pernikahan harus dengan orang yang se-agama?
Kita belokan sedikit. Bagaimana jika makna pernikahan sebenarnya hanyalah memperbanyak keturunan. Itu mungkin bisa masuk akal. Kalau begitu buat apa menikah? Hidup bersama bertahun-tahun dengan orang yang tidak kita cintai. Dengan orang yang "diarahkan." Ah, tapi kan hati kita bisa menerima lama kelamaan. Mungkin setelah anak kita lahir. Jadi anak pertama kita bukanlah hasil buah cinta. Tapi mungkin hasil proses mencintai kita dengan pasangan
Tuhan itu yang membolak-balikkan hati manusia. Banyak yang bilang seperti itu. Jadi mungkin jika kita "sialnya" mencintai seseorang yang berbeda agama, kita tidak perlu khawatir. Kan Tuhan akan membalikkan hati kita ke orang lain yang se-agama agar bisa dinikahi. Kalau begitu cinta seperti ini bukankah terkesan dipaksakan? Well, mungkin kadar cinta kita ke orang lain akan sama besar dengan kadar cinta kita ke seseorang yang beda agama tersebut, atau malah bisa lebih besar. Tapi kan intinya malah melenceng. Ini tetap terkesan "diarahkan" bukan?
"Kamu harus mencintai orang itu. Bukan yang ini." Dan dalam sekejap kita berpindah hati ke yang se-agama. Padahal sebelumnya kita sangat mencintai pasangan kita yang beda agama.
Kalau begitu cinta sebenarnya tidaklah se sakral yang kita duga. Tenang saja, jodoh ada di tangan Tuhan. Apalah artinya manusia di hadapan Tuhan. Makhluk ciptaanMu yang sangat kecil ini memang sangat sangat terbatas ilmunya untuk memahami rahasia Mu
Kepada teman-teman yang kebetulan mampir ke sini, pandangan kalian mengenai masalah ini sangat diharapkan. Terima kasih
Oiya, tambahan. Tulisan ini bukan karena saya kebetulan pernah mengalami masalah ini lho, seperti yang tadi saya bilang. Pertanyaan suka datang tiba-tiba.
sebenernya manusia yang mempersulit keadaan...agama ada kan buat batasan supaya kita tidak ambil manfaat atas orang lain dan bahwa di atas manusia masih ada yang MAHA...yah tapi apa mau dikata..label agama memang sudah melekat..makanya kadang saya berharap saya lahir sebagai orang bule yang makna agama dan pernikahan tidak berkaitan sama sekali...well segitu saja komen dari saya ^^
ReplyDeleteYap memang benar agama memang sudah melekat sekali, tapi untuk kasus yang berharap jadi orang bule karena makna agama dan pernikahan tidak berkaitan sama sekali itu ngga seperti itu juga lho. Saya punya temen yang tinggal lama di US dan sempet memiliki hubungan dengan wanita asli sana, tapi hubungan mereka juga ngga bisa serius karena si wanita tsb tahu hubungan mereka sepertinya tidak akan bisa berhasil. So, walaupun mungkin sedkit, disana juga masih memikirkan soal perbedaan agama untuk menikah ini. Intinya sih semua ya dari diri kita masing-masing, ngga terbatas karena demografis dan adat. Btw terima kasih sudah meninggalkan komentar ^^
ReplyDeleteTuhan yang mengatur manusia atau manusia yang mengatur Tuhan?
ReplyDeleteAgama yang mengatur manusia atau manusia yang mengatur agama?
Kitab yang satu bilang A, Kitab yang lain bilang B.
Bahkan ada yang memilih jadi atheis karena konsep Tuhan tidak lagi relevan dalam pikiran maupun realitas nya.
Ada pula yang memilih jadi agnostic karena Konsep agama yang ada tidak lagi relevan bagi pikiran maupun realitas nya.
Tapi intinya, it's up to you guys, mau milih yang mana, dan dari sudut pandang apa, masalah pernikahan maupun percintaan.
Cinta itu adalah konsep tidak logis yang bila dilogiskan akan menemukan banyak definisi dan nilai yang berbeda.
Kita mungkin bisa merasakan cinta, tapi sesungguhnya kita cuma bisa mendefinisikan dan menilai proyeksi-proyeksinya, Seperti Kepemilikan, Sayang, Memberi, Meminta, Cemburu, Hasrat dan sebagainya.
Cinta itu Ibarat Tuhan, Kalo didefinisikan dan dinilai, definisi dan nilai nya menjadi tak hingga.
(Inisial D)
Hmmm saya tertarik dengan "Kita mungkin bisa merasakan cinta, tapi sesungguhnya kita cuma bisa mendefinisikan dan menilai proyeksi-proyeksinya, Seperti Kepemilikan, Sayang, Memberi, Meminta, Cemburu, Hasrat dan sebagainya"
ReplyDeleteyang saya tangkap berarti kita tidak akan tahu seperti apa cinta yang sesungguhnya. Cinta adalah misteri
Terima kasih sudah meninggalkan komentar