Sunday, 28 May 2017

Why I quit

Sepanjang karir saya, baru kali ini saya keluar dengan alasan utama karena ga bisa menemukan mood baik lagi di sini. Walaupun karir saya juga belum lama lama amat, setiap resign pasti ada alasan lain seperti dapet beasiswa dan harus fokus skripsi. Biasanya juga se-ngga betah-ngga betahnya, durasi bekerja juga lebih dr setahun. Tapi di sini saya ga kuat bukan dlm artian saya lemah, tapi no hope deh di tempat ini. Mungkin ini juga sbg pengalaman pertama saya yg terjun ke industri korporat, setelah selama ini saya ada di dalam industri kreatif, adv agency, startup. Jadi kebayang juga culture shock nya. Berikut alasan saya resign, akan saya coba jabarkan mulai dr yg kecil sampe yang terkecil:

1. Yoga dipecat gara2 nyinyir di grup WA. Diasingkan ke sebuah ruangan selama beberapa lama. ga dikasi kerjaan. cuma duduk di meja kecil dan berkubang dg henponnya. Siksaan macam apa ini? pikir saya. Yoga telah bekerja di sini selama kurang lebih 8 tahun. Dia dipecat hanya karena hal itu.

2. Jimmy, Marketing Manager dr cabang medan di pecat. Salah satu alasannya krn dia menggunakan vendor untuk sosial media post. Inisiatif ini sepertinya tidak dihargai oleh corporate. Padahal content FB medan bagus krn vendor tsb. Gaji dia di hold beberapa lama.

3. Kelvin, Manager IT dipecat. Salah satu alasan yg saya dengar adl krn dia korupsi dana pengadaan laptop untuk cabang Bona Vista. Walaupun dia kayanya ga disukai, tapi masuk catatan saya krn kelakuannya yg seperti ini secara tdk langsung berdampak ke perekrutan karyawan.

4. Ivan, staff marketing Bona Vista dipecat. Salah satu alasannya karena kasus fotokopi flyers. Kualitasnya jelek, ada parent yang ngadu dan sampe ke kuping CEO. Dia dipecat begitu saja. Notificationnya hanya hitungan jam. Sadis

5. Vekky, Marketing Manager cabang Kebon Jeruk kabarnya tidak melanjutkan kontrak.

6. Pada bulan februari saat musim hujan, banyak karyawan yg telat masuk kantor, salah satunya saya. Namun tidak pernah lbh dr 1 jam. Pas saat penghitungan absen saya dipanggil salah satu admin HR dan ditanya knp kok banyak telat di bulan ini. Otomatis alasannya pasti krn macet n hujan, dan kalau ingin dilihat sepertinya hampir semua karyawan. Tapi saya dikasih warning "ini bisa kena SP nih" dalam hati saya shock. Otoriter sekali. Padahal setau saya perhitungan absen adl jika dlm sebulan telat lbh dr 8 jam akan kena potongan gaji. Pdhl saya yakin saya telat ga akan lbh dr 2 jam, tapi bahkan ancamannya bukan potong gaji tapi SP. Tingkat SP adl pernyataan show off. Hei gw bisa melakukan apapun atas diri lw. Di situ momen saya mulai memperhitungkan kemungkinan resign.

7. Di kantor saya (corporate) suasananya kurang friendly dan agak arogan. Orang2 lama bisa lbh leluasa berbicara agak keras, sementara yg orang baru bahkan hrs berbisik untuk berdiskusi. sering langsung di "ssstt" in. kan bangke

8. Bos saya langsung adl CMO. ada MM ada, tapi saya tdk bekerja under MM. jd bisa dibilang saya merangkap executive n manager krn jobdesk saya 'digital' adl baru bgt. pada akhirnya saya memepertanyakan hirarki ini yg lbh banyak mudhorot nya dibanding faedahnya. dengan bayaran seorang executive saya dituntut menjadi manager. bikin digital plan, report ke BOD,ngurus vendor plus kerjaan eksekusi, dan bahkan jadi kacung CMO, saya pernah disuruh bawain tas dia ke ruang meeting bawah yg jaraknya jauh bgt krn ada sepatu n mouse di tas nya. saya pikir okelah untuk merasakan atmosfer bekerja langsung dibawah bos besar, tapi ketika mereka seperti tidak terlalu peduli dg jabatan dan bayaran saya, saya merasa cukup sampai disini.

9. Pernah ada cerita bahwa dulu divisi IT kena SP. Alasannya? karena mereka semua sholat jumat, dan bertepatan dg salah satu bos yg butuh bantuan namun tidak ada orang. daaaan mereka di SP. Ini momen klimaks saya harus segera pergi dr sini.

10. CMO saya sering marah2in managernya. walaupun semua orang tau mrketing manager corporate ini agak 'unik' tetap tidak pantas seorang bos memarahi dan merendahkan bawahannya di depan orang lain seperti itu. dia tidak bisa menghormati orang lain sepertinya. tidak bisa melindungi bawahannya. buktinya banyak manager nya yang ilang.

11. CMO kami orang yg sangat boros. semua marketing sudah tau itu. 1.5 M dlm waktu 3 bulan dikeluarkan untuk hasil yg masih rabun.

12. Saya tidak bisa bereksplor untuk digital tapi saya diminta bikin target2. ini mah sama aja "bunuh aja gw"

13. Hirarki "I'm the boss, you have to obey everything I say" masih terasa sekali. Saat CMO dirawat di rs, operasional marketing di handle COO. disini saya benar benar merasakan hirarki itu. rasanya seperti dijajah. and i dont like it a lot. beberapa kali keluar dr mulutnya kata kata "I'm the boss" satu momen pernah saya di email hrs tlp dia pagi2 klo g salah bahkan sblm jam masuk kantor. saya merasa hal yg akan dibicarakan tdk urgent dan saya merasa lbh baik menjelaskan dg email. jadilah saya email. besokannya dia tanya knp saya ga tlp. saya bilang udh email. trus dia ga suka n bilang if your boss telling you to call, you have to call. get that mindset ya.
oh jd you think you can change my value too? mindset adl hal yg mendasar. lw ga bisa nyuruh2 orang ubah mindset. gw ga suka bgt digituin. dia pikir bisa melakukan itu thd gw?

14. My CMO tidak pandai mendengarkan pendapat orang lain. saya bahkan merasa lbh mudah ngikutin dia drpd argue sama dia. ini bukanlah hal yg bagus di dunia kerja apalagi klo bos nya udh tua. sering di beberapa kesempatan saya ga bisa bener2 menyatakan pendapat saya.

15. teman teman yang tertutup. mungkin krn kebanyakn udh pd berkeluarga. jd susah mau sharing2 ttg kehidupan kantor.

16. saya lbh merasa masuk sekolah dibanding masuk kerja. di lingkungan kerja setau saya biasa klo org mau istirahat. ngopi2 n ngerokok sebentar. di sini bahkan kami jd kaya anak sekolah yg hrs ngumpet2 untuk ngerokok. ga ada tea time, break sore dkk.

17. salah satu cabang dijual. staff harus dipindahkan ke bona vista. beberapa karyawan disini jd korban pemecatan juga. Intan staff marketing, ipin OB, mba ela staff UKS. hal ini menimbulkan ketakutan di staff lainnya. kasian kan mereka. ada yg single mom cerita dia ga tau gmn nasibnya klo dia yg dipecat.

18. Isu #17 terjadi setelah saya mengajukan resign dan yg bikin kesel adl ada kabar burung jg saya adl korban yg di cut juga. secara pribadi saya merasa direndahkan krn bagi saya status resign lbh baik dr dipecat.

19. Teman saya dr cabang cilegon dia disana cuma sendiri staff marketing. namun hrs mengerjakan semua tanggung jawab seorang manager. sudh dari dulu kita concern ttg hal ini. tapi dia tidak diperhatikan.

20. MM saya seperti dimusuhi hanya krn dia "berbeda", dinyinyirin sama ibu2 dsana yg umurnya ga jauh beda dr saya, ada jg yg udah ibu2. tapi suasana seperti ini memberikan energi negatif. walau saya jg ga bgitu cocok dg dia, tapi saya coba biasa aja, saya menghormati dia dan sifat2nya. toh bukan yg iseng atau mengganggu orang lain. kadang suka kasian, apakah mereka yg nyinyirin ga sadar klo itu bisa menyakiti perasaannya.

21. tidak bisa dipungkiri alasan saya hijrah dr dunia agency ke korporat adl agar hidup saya ga melulu mikirin kerjaan. saya ga mau stress mikirin kerjaan. tapi pd kenyataannya semua berubah. saya sering bahkan disuruh kerja weekend jaga booth. pas kerja stress krn hrs memuaskan bos bos dg hal aneh dan berubah2. awalnya fb post ga mau di plan, lalu pas meeting sama bos lain lagi saya disuruh bikin plan dong, "sok iye lu" klo kata bocah biskuat. mnding sekalian gw balik ke agency lagi, istilah katanya mah. ketauan stress tp bebas eksplore and bebas kerja, bisa ngopi2 ngeteh ngerokok tanpa merasa ga enak.

22. Selama bekerja sampai saat ini, sebenernya saya bingung apa hasil yg sudah saya kerjakan. Kebanyakan pekerjaan saya hanya 'ngikutin perintah' dan itu ga jelas. saya ga bener2 merasa mengerjakan sesuatu. berkarya sesuatu. buktinya adl sampai 7 bulan ini klo disuruh nulis portfolio dsini, saya gabisa jawab.

Kurang lebih segitu aja, saya takut mengada2 klo memaksakan. Tapi diluar itu semua saya bersyukur bisa bekerja di sini selama kurang lbh 7 bulan. banyak hal diluar professional yg saya pelajari. bekal penting untuk karir saya. hanya saja mindset saya bukan bekerja secara konvensional dg hubungan atasan dan bawahan yg kental. saya suka punya bos yg diskusi bareng, yg meng encourage pekerjanya untuk aktif sehingga mereka bisa ngobrolin apa aja. saya tdk menyalahkan mereka, mungkin inilah budaya kerja yg ada disini. ini yg membuat perusahaan ini bertahan 20tahunan. saya tidak bisa memaksakan perubahan seperti halnya mereka jg tidak bisa memaksakan perubahan thd diri saya.

sekian dan terima kasih

No comments:

Post a Comment