Wednesday, 26 April 2017

Aku Tidak Akan Sarapan Denganmu

Sampai kapan kau akan terus begini, Indira? Kau tahu aku tidak akan sudi menyentuh apapun darimu.

Berapa sendok gula yang biasa ditaruh di cangkir kopimu, James?

Kau tidak mendengarkanku. Jangan repotkan tanganmu.

Aku tidak repot. Tidak ada yang direpotkan.

Dan aku hanya tertawa dalam hati. Tidak ada yang direpotkan katamu?

Sudahlah Indira. Akui saja. Aku akan semakin membencimu di setiap gula yang kau sendok ke dalam kopiku. Kopiku? Tak sudi aku menyebutnya kopiku.

Kau tidak mengerti ya, Indira. Ini bukan sekedar secangkir kopi yang dibuatkan seseorang untuk sarapanku. Kau tidak akan bisa menggantikannya. Musuhkupun bisa membuatkanku kopi, jika ini hanya sekedar minuman di pagi hari.

Dia yang biasa membuatkanku kopi dengan takaran yang pas. 2+1 kopi dan gula. Tapi ini bukan sekedar takaran kopi. Ini adalah ritualku dengannya. Aku akan mengeluh betapa panasnya kopi yang dia buatkan untukku, dan dia akan marah-marah dan memaksaku minum. Aku akan mengeluh betapa encer kopiku, dan dia akan marah-marah dan memaksaku minum. Tapi dengan itu kami berinteraksi. Sebuah ikatan yang tidak bisa dipindahkan ke sembarang orang. Apalagi kau, Indira!

Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu mengakui barang secangkirpun! Tidak akan ada pernyataan bahwa kau pernah membuatkanki kopi selama dirinya tidak disini. Oh aku sangat mengenal watak burukmu!

Aku tidak akan membiarkan secangkir kopipun darimu yang akan kau gunakan untuk menyakiti hatinya nanti.

lucunya Indira, aku bahkan bisa membayangkan seandainya aku meminum kopi buatanmu, lalu dirinya kembali.

Apakah kau tau apa yang akan kau katakan padanya, Indira?

Kau pasti akan menyalahkan dia akan sesuatu yang tidak ada hubungannya, dan kopi adalah senjatamu. Kau akan beranggapan bahwa selama dirinya tidak disini, kaulah yang selalu membuatkanku kopi.

Kau memang iblis. Kau akan menyakiti hatinya. Tidak akan pernah aku membiarkan hal itu.

Sampai mati aku tak sudi. Jangan pernah kau buatkan aku secangkir kopipun!

Ini ritual kami.

No comments:

Post a Comment