Backpacking di Jakarta, ternyata mengasyikkan juga lho. Tentukan tempat yang akan kita tuju, namun, menyelewenglah dari tujuan tersebut, karena terpesona oleh jalan Jakarta yang jarang dilalui orang. Seperti contoh, jika kita hendak menuju daerah sekitar menara Jamsostek di Gatot Subroto.
Setelah naik Busway dari Blok M - Kota, dan turun di Tosari, padahal seharusnya di Benhil-karena tertidur di sofa belakang yang empuk dan dingin. Lalu dia berjalan menyusuri trotoar melewati Atma Jaya, terus sampai Plasa Semanggi. Berjalan lagi setelah melewati tiga jembatan penyebrangan. Menyeberang di jembatan 'Menara Jamsostek.' Jalan sedikit ke arah balik, dan akan kita temui tembok besar dan panjang. Di tengahnya ada lubang robohan. Sepertinya disengaja. Karena dibalik itulah trek backpack mengasyikan menunggu para petualang. Kita harus bisa melompati got yang lumayan lebar untuk dapat mendaki masuk kedalam tembok.
Setelah berhasil, anda akan heran melihat bentangan daratan di tengah-tengah hiruk pikuk jalan protokol yang sepertinya tak bisa lagi disisipi sekedar tanah wakaf untuk mushola, atau kebun salak. Anda akan dipandu oleh kumpulan batu-batu tersusun membentuk jalur agar tidak tersesat. Selama perjalanan, kita akan dimanja oleh hamparan rumput ternak, dan kumpulan pohon pisan sejauh mata memandang. Tentu saja buka pandangan keatas, karena yang terlihat hanyalah gunung-gunung berkaca. Setelah beberapa meter, akan ditemui persimpangan tanpa palang petunjuk jalan. Jalan saja terus, menyusuri pohon-pohon pisang, yang dipakai seorang tua untuk mengusap-ngusap rambutnya. Disamping jalur-jalur batu, tanahnya telah memadat karena dilindas-lindas oleh ban motor yang biasa lewat.
Semakin lama, setelah keluar semak, semakin terlihat pemukiman khas pinggir kota. Padat dan sempit. Tak mampu bersaing dengan kemegahan gedung-gedung. Aku tak tahu lagi kemana harus berjalan, setelah bertemu persimpangan lagi. Berjalan saja. Kalau aku mengambil jalan kiri. Gang Poncol Jaya V terbaca. Terus berjalan tak mempedulikan hari yang semakin gelap. Menyelewengkan hati dari tujuan awal - berusaha mencari uang. Berjalan tanpa penyesalan. Hanya untuk yang senang berjalan. Pemukiman semakin ramai. Ramai dengan anak-anak kecil yang berlari. Berkeringat lagi setelah mandi.
Lalu kita akan keluar ke jalan raya lagi, aku ke kanan, mengelilingi Blok S, dan kembali ke jalan tadi. Melewati 'Kantor penghubung pemerintah provinsi Papua,' melewati 'Carefour Tendean 5 Menit,' dan melihat mobil-mobil mewah yang membosankan, saatnya untuk pulang. Berjalan terus sampai depan gedung 'Trans TV,' lalu menunggu bis 45 (Blok M - Cililitan) selama kurang lebih 20 menit. Pulang naik bis kota memang 'gue banget.' Berdiri bersama alunan samar pengamen, dan teriakan tak jelas kenek - symphoni sempurnaku. What can be more relaxing than this?
And now I'm in a very good mood. Hopefully it will last till tonight
Setelah naik Busway dari Blok M - Kota, dan turun di Tosari, padahal seharusnya di Benhil-karena tertidur di sofa belakang yang empuk dan dingin. Lalu dia berjalan menyusuri trotoar melewati Atma Jaya, terus sampai Plasa Semanggi. Berjalan lagi setelah melewati tiga jembatan penyebrangan. Menyeberang di jembatan 'Menara Jamsostek.' Jalan sedikit ke arah balik, dan akan kita temui tembok besar dan panjang. Di tengahnya ada lubang robohan. Sepertinya disengaja. Karena dibalik itulah trek backpack mengasyikan menunggu para petualang. Kita harus bisa melompati got yang lumayan lebar untuk dapat mendaki masuk kedalam tembok.
Setelah berhasil, anda akan heran melihat bentangan daratan di tengah-tengah hiruk pikuk jalan protokol yang sepertinya tak bisa lagi disisipi sekedar tanah wakaf untuk mushola, atau kebun salak. Anda akan dipandu oleh kumpulan batu-batu tersusun membentuk jalur agar tidak tersesat. Selama perjalanan, kita akan dimanja oleh hamparan rumput ternak, dan kumpulan pohon pisan sejauh mata memandang. Tentu saja buka pandangan keatas, karena yang terlihat hanyalah gunung-gunung berkaca. Setelah beberapa meter, akan ditemui persimpangan tanpa palang petunjuk jalan. Jalan saja terus, menyusuri pohon-pohon pisang, yang dipakai seorang tua untuk mengusap-ngusap rambutnya. Disamping jalur-jalur batu, tanahnya telah memadat karena dilindas-lindas oleh ban motor yang biasa lewat.
Semakin lama, setelah keluar semak, semakin terlihat pemukiman khas pinggir kota. Padat dan sempit. Tak mampu bersaing dengan kemegahan gedung-gedung. Aku tak tahu lagi kemana harus berjalan, setelah bertemu persimpangan lagi. Berjalan saja. Kalau aku mengambil jalan kiri. Gang Poncol Jaya V terbaca. Terus berjalan tak mempedulikan hari yang semakin gelap. Menyelewengkan hati dari tujuan awal - berusaha mencari uang. Berjalan tanpa penyesalan. Hanya untuk yang senang berjalan. Pemukiman semakin ramai. Ramai dengan anak-anak kecil yang berlari. Berkeringat lagi setelah mandi.
Lalu kita akan keluar ke jalan raya lagi, aku ke kanan, mengelilingi Blok S, dan kembali ke jalan tadi. Melewati 'Kantor penghubung pemerintah provinsi Papua,' melewati 'Carefour Tendean 5 Menit,' dan melihat mobil-mobil mewah yang membosankan, saatnya untuk pulang. Berjalan terus sampai depan gedung 'Trans TV,' lalu menunggu bis 45 (Blok M - Cililitan) selama kurang lebih 20 menit. Pulang naik bis kota memang 'gue banget.' Berdiri bersama alunan samar pengamen, dan teriakan tak jelas kenek - symphoni sempurnaku. What can be more relaxing than this?
And now I'm in a very good mood. Hopefully it will last till tonight
No comments:
Post a Comment