Wednesday, 21 July 2010

Gadis Kupu-Kupu (Kumpulan Malam Ketujuh Part 4)

Sinar matahari mengintip dibalik awan pagi
dan suara burung mempersilahkannya masuk
Lalu sinar itu mencium wajahnya yang tak kalah bercahaya
Namun memerah saat melihat prianya turun dari tangga di pohon
Gadis yang selalu mandi di sungai jernih penuh mutiara
Dan kupu-kupu menemaninya saat istirahat
Dibawah pohon bertangga
Dan mereka tak menyesal setelah bercinta
Kisah indah mereka menjadi dongeng sepanjang masa

Hadiah Ego (Kumpulan Malam Ketujuh Part 2)

Aku mau angin mengabarkan kekasih
Aku mau matahari menegarkan ayahku
Aku mau api membakar musuhku
Aku mau bulan menemani para pelacur
Aku mau simphoni menenangkan amarah
Aku mau Kau memaklumi kelakuanku

Ziarah Ancol

Ancol. Keindahan pantai yang berlokasi di utara jakarta ini, semakin lama semakin terkikis oleh semakin banyaknya resort dan hotel yang dibangun investor. Jadi sebelum pesona tersebut benar-benar hilang, aku memutuskan untuk mengunjunginya setelah sekian lama.

Tidaklah lama waktu yang direncanakan untuk tiba-tiba memutuskan "kita ke ancol yuk." Sebenarnya karena waktu itu aku pernah berencana untik bersepeda kesana, namun gagal ditengah jalan, dan berbelok ke Monas. Aku memutuskan ke Ancol juga sekalian riset trek sepeda kesana. Busway segera. Setelah sampai ke tujuan terakhir - Ancol, kita diharuskan membayar tiket masuk seharga 13 ribu rupiah, dan dapat berkeliling pantai Ancol sepuasnya. Jangan benar-benar berkeliling, bagi yang belum latihan berjalan, karena aku benar-benar berkeliling, dan hasilnya adalah pegal-pegak seluruh kaki.

Mulai dari shelter busway-Marina Ancol-Pantai Festival-Hotel Mercure-Putri duyung Ancol-Ancol mansion yang sedang dibangun-Monumen-Beach Pool-sampai ke pantai karnaval, lalu kembali lagi. Disarankan juga untuk membawa bekal sendiri sebelum berangkat. Walaupun banyak stand makanan dan minuman bertengger di sepanjang jalan, tapi harga yang disajikan, cukup lebih mahal tiga kali lipat dari harga eceran. Sperti air limun, seharga 15 ribu rupiah, dan air mineral, seharga 5 ribu rupiah - dari 2 ribu rupiah.

Berjalanlah di pingigir-pinggir pantai untuk menikmati pasir, dan hamparan laut yang tidak bisa kita jumpai saat pulang. Walaupun beberapa spot, tidak memiliki pasir yang putih, melainkan abu-abu. Begitupun dengan lautnya - tidak biru seperti normal, karena sampah yang tenggelam di dasarnya. Setiap kurang lebih 50 langkah, terdapat papan pemberitahuan ' dilarang mandi/berenang. Pantai curam'

Melihat hamparan laut, dapat membuat beban pikiran, hanyut terbawa ombak. Jadi disarankan untuk setidaknya setiap bulan, mengunjungi pantai sekali. Semua orang terlihat bahagia, dengan senyum dan tawa mereka. Keluarga bersenang-senang walau sekedar gelar tikar, dan makan bekal dari rumah, dan melihat anak/cucu mereka bermain pasir. Setelah para keluarga, mayoritas pengunjung pantai Ancol adalah pasangan-pasangan yang sedang dimabuk asmara. Mereka berlomba-lomba mencari spot kosong, dengan pemandangan laut terindah, lalu duduk di pinggir dan bermesraan. Sungguh membuat iri.

Setelah lama berjalan, sebelum pantai karnaval, ada tempat yang bernama 'Evereled Ancol' kalu tidak salah. Kita tidak akan bisa masuk karena gerbang yang dikunci, dan tidak ada penjaga yang bisa ditanya. Namun jika kita berjalan mengelilingi tempat itu, untuk menuju ke pantai karnaval, tempat tersebut adalah tempat terindah, tertenang, di seluruh Ancol. Tempat itu sepertinya lahan pekuburan kristen. Dengan salip-salip yang tertancap di hijaunya rumput yang dirawat. Anda pasti akan terpana dan ingin masuk kesana, namun tidak bisa. Lalu setelah beberapa langkah lagi, terdapat dermaga yang jarang dikunjungi para pelancong. Dan suasana 'sepi' tersebut, dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk belajar fotografi. Dengan membawa model-model yang dibuat seksi menggunakan bikini merah, dan disuruh berpose seksi, beberapa fotografer, memotret mereka membabi buta. Wanita-wanita dieksploitasi. 'Keindahan' tubuhnya dimanfaatkan hanya untuk beberapa rupiah. Dibiarkan pakaiannya tersingkap oleh hembusan angin laut.

Panjang pantai Ancol sudah terjelajah. Saatnya kembali, dan terasa lebih berat, karena pangkal paha yang mulai sakit. Berjalan kembali dari pantai karnaval-Beach Pool-Monumen-Ancol Mansion-Putri duyung Ancol-Hotel Mercure-Pantai Festival-Marine Ancol-dan kembali ke halte busway. Jangan lupa sholat, bagi para muslim, karena musholla tidaklah sulit untuk ditemukan. Sekalian sekedar mengistirahatkan kaki-kaki yang dari tadi berjalan. Dan hari sudah berubah malam, saat rasa pegal sekarang semakin turun ke paha, betis, dan urat yang tertarik di telapak kaki. Naik busway adalah pengobatan yang cukup manjur. Duduklah di kursi paling belakang, dan selonjorkan kakimu. Tak lama kemudian, pasti akan terlelap, dengan hembusan AC. Lalu terbangun saat sampai di tujuan akhir, Cililitan, lalu segeralah berjalan ke samping Pusat Grosir Cililitan (PGC), disana ada tukang jajanan yang menunggu. Tapi aku memutuskan untuk membeli batagor yang nikmat, lalu minum bir pada malam harinya.

Perjalanan yang masih akan terasa hingga esok pagi. It's a nice trip to try

Jembatan Kampung Melayu

Jembatan Kampung Melayu
siapa menjaga siapa
jembatan yang selalu melindungi terminal dibawahnya
terminal yang kuat menopang jembatan
retak dari bawah
dan ramai dari atas
tempat semua
dibawah jambatan

pengamen
tumpukan koran
preman
502
16
06
trans jakarta
01 yang lelet
pengantin baru
perokok
orang yang hampir tertabrak ketika menyebrang
wanita dangdut dengan bokong sebesar tas ransel
para pencari masalah
puntung rokok
nenek-nenek berkebaya
manusia sibuk dan sok sibuk
pasangan gay
bayi yang menjadi raja
gantungan kunci
angin yang berlari bersama debu
orang yang tidur di halte
dan satu orang lagi yang tidur di halte

ketidaksabaran
kesabaran yang diremehkan
tak dihargai
pasangan selingkuh
toko swalayan

diatas terminal

tik tok tik tok
kapan jembatan ini rubuh
menimpa semua yang dulu dipayungi dari hujan
dipekerjakan dari keputus asaan
dipermalukan dari kesalahan
dilecehkan dari lembabnya malam
tak akan ada yang selamat
setelah lampu lampu hidup yang menempel mati
lalu beton beton kokoh yang menopang retak
sehelai bulu lagi membebani
lalu rubuhlah jembatan Kampung Melayu
menimpa semua
mengurangi koloni

tik tok tik tok
kapan jembatan ini rubuh

Pemuja (Kumpulan Malam Ketujuh Part 3)

Jeritan mengerikan lelaki pemuja setan
membangunkan pemilik tanduk tanah babilon
dia memakan darah perawan
dan membunuh bayi haram
Lalu seisi kota menjadi hina terkutuk
Kegelapan menutup Kebaikan Tuhannya
Hari itu akan tiba untuk para pendosa
Tak ada lagi dongeng tentang putri salju
Saat semua jiwa berkumpul dibawah dasar yang lembab bau yang panas
Semua kafir habis

Pandora

Aku terjebak dalam perangkap beratap
lemah dan terluka seperti kancil kecil
tak berdaya melihat tetesan mentari melalui celah hutan
Kau ingin menjadikan aku sekuat apa lagi
dengan kesabaran penembak jitu
dan kekuatan tentara mujahhid
aku tetap terjebak
seperti kancil yang menunggu tetesan mentari terakhir

Saturday, 17 July 2010

Gang Poncol Jaya V

Backpacking di Jakarta, ternyata mengasyikkan juga lho. Tentukan tempat yang akan kita tuju, namun, menyelewenglah dari tujuan tersebut, karena terpesona oleh jalan Jakarta yang jarang dilalui orang. Seperti contoh, jika kita hendak menuju daerah sekitar menara Jamsostek di Gatot Subroto.

Setelah naik Busway dari Blok M - Kota, dan turun di Tosari, padahal seharusnya di Benhil-karena tertidur di sofa belakang yang empuk dan dingin. Lalu dia berjalan menyusuri trotoar melewati Atma Jaya, terus sampai Plasa Semanggi. Berjalan lagi setelah melewati tiga jembatan penyebrangan. Menyeberang di jembatan 'Menara Jamsostek.' Jalan sedikit ke arah balik, dan akan kita temui tembok besar dan panjang. Di tengahnya ada lubang robohan. Sepertinya disengaja. Karena dibalik itulah trek backpack mengasyikan menunggu para petualang. Kita harus bisa melompati got yang lumayan lebar untuk dapat mendaki masuk kedalam tembok.

Setelah berhasil, anda akan heran melihat bentangan daratan di tengah-tengah hiruk pikuk jalan protokol yang sepertinya tak bisa lagi disisipi sekedar tanah wakaf untuk mushola, atau kebun salak. Anda akan dipandu oleh kumpulan batu-batu tersusun membentuk jalur agar tidak tersesat. Selama perjalanan, kita akan dimanja oleh hamparan rumput ternak, dan kumpulan pohon pisan sejauh mata memandang. Tentu saja buka pandangan keatas, karena yang terlihat hanyalah gunung-gunung berkaca. Setelah beberapa meter, akan ditemui persimpangan tanpa palang petunjuk jalan. Jalan saja terus, menyusuri pohon-pohon pisang, yang dipakai seorang tua untuk mengusap-ngusap rambutnya. Disamping jalur-jalur batu, tanahnya telah memadat karena dilindas-lindas oleh ban motor yang biasa lewat.

Semakin lama, setelah keluar semak, semakin terlihat pemukiman khas pinggir kota. Padat dan sempit. Tak mampu bersaing dengan kemegahan gedung-gedung. Aku tak tahu lagi kemana harus berjalan, setelah bertemu persimpangan lagi. Berjalan saja. Kalau aku mengambil jalan kiri. Gang Poncol Jaya V terbaca. Terus berjalan tak mempedulikan hari yang semakin gelap. Menyelewengkan hati dari tujuan awal - berusaha mencari uang. Berjalan tanpa penyesalan. Hanya untuk yang senang berjalan. Pemukiman semakin ramai. Ramai dengan anak-anak kecil yang berlari. Berkeringat lagi setelah mandi.

Lalu kita akan keluar ke jalan raya lagi, aku ke kanan, mengelilingi Blok S, dan kembali ke jalan tadi. Melewati 'Kantor penghubung pemerintah provinsi Papua,' melewati 'Carefour Tendean 5 Menit,' dan melihat mobil-mobil mewah yang membosankan, saatnya untuk pulang. Berjalan terus sampai depan gedung 'Trans TV,' lalu menunggu bis 45 (Blok M - Cililitan) selama kurang lebih 20 menit. Pulang naik bis kota memang 'gue banget.' Berdiri bersama alunan samar pengamen, dan teriakan tak jelas kenek - symphoni sempurnaku. What can be more relaxing than this?

And now I'm in a very good mood. Hopefully it will last till tonight



Raja Anggur

Aku akan meniduri seorang model seksi satu malam
Hanya untuk merasakan kehampaan
Dan kejantanan
Tapi kekesalan memuncak meledak
Dia pelacur busuk
dia yang menjerumuskannya
dia penipu gendut
Diriku yang paling hancur dari semua
Pecundang Romeo
Aku tak peduli jika Dia tambah menjauh
Aku hanya bangsat
Dan sebenarnya Dia juga
Jalan saja diatas kaki sendiri
Bangsat ini tak usah diteruskan

Linger

satu-satu kesalehan berguguran saat masa kesuburan
seperti daun yang berguguran saat kemarau
namun menumbuhkan daun lainnya
siap untuk menikmati bisikan angin
dan keringnya panas

manusia senang berlomba di trek yang salah dan gersang
sementara diseberang bunga bunga berlomba menghampiri matahari

berilah ucapan selamat kepada yang taat
karena bukit surga membentang luas tak terhingga
untuknya dan para bidadari dan pohon yang rindang
dan sungai susu mengalir tanpa basi
dari bawah terlihat hujan madu melengketkan payudara

saat ku berikan hatiku untuk hawa
hangat selalu terasa saat musim dingin tiba
alunan nadanya membuang semua kekhawatiran
hembusan angin pagi yang mengawinkan bunga

tapi hawa pergi saat kesuburan tiba
lalu kudengar buah yang tumbuh sendiri
aku juga sendiri
lalu kami melahirkan anak
seorang nafsu emosi birahi dengki
hidup dalam diri
dan semua menjadi kosong
tak ada tempat yang lebih baik saat berkelana
tak ada hawa
hanya setan yang menyerupai

hawa pergi meninggalkan kepanikan juga lamunan

kepompong yang mati sebelum menjadi kupu-kupu
menghilang saat akan menjadi sempurna
padahal ada bunga yang menunggu dibuahi
akan menjadi indah
namun sekarang mati tanpa ditangisi

"Ini Aku dan Kamu" (Kumpulan Malam Ketujuh Part 1)

Kupikir batang rokok ini yang tak habis-habis ku hisap
ternyata hari ini yang tak berujung
cerita orang-orang besar tak pernah habis terlahap bayi-bayi merah
saat ibunda mereka berpesan di ujung kematian
'nak teruslah berjalan ke arah cahaya cita-cita'
karena kegagalan tak pernah menyerah untuk mengejarmu

Orang gila yang Munafik

Maaf
Kabut kembali meliputi tempat yang dulu hijau
Puaskan dahaga telah tiada
Hanya mau melepaskan beberapa yang sudah menumpuk
Basi
Belatung melata diatas nasi
Menyimpan hari yang berat dalam kantung kepalsuan
Begitupun terlihat orang gila yang melukis dan menulis
Kanvasnya tersambung-sambung
Kertas bekas rokok
Spidol hitam, hijau, dan merah
Juga sebuah pulpen
Seakan tak perlu inspirasi
Tapi tangannya secepat sapuan pandangan hidung belang
Seperti seniman pemusik pelukis dan pengusaha
Garis demi garis tertata
Gambar gambar tercipta penuh arti
Tulisan menumpuk sesak mencoba menghirup debu asap
Dan aroma singkong dingin tetangga yang sekadar bersandar diujung pagar tajam
Menyadarkan seorang gila lagi
Yang dari tadi mengamati
Pergi menuju ke kemunafikan abadi