Wednesday, 21 July 2010

Ziarah Ancol

Ancol. Keindahan pantai yang berlokasi di utara jakarta ini, semakin lama semakin terkikis oleh semakin banyaknya resort dan hotel yang dibangun investor. Jadi sebelum pesona tersebut benar-benar hilang, aku memutuskan untuk mengunjunginya setelah sekian lama.

Tidaklah lama waktu yang direncanakan untuk tiba-tiba memutuskan "kita ke ancol yuk." Sebenarnya karena waktu itu aku pernah berencana untik bersepeda kesana, namun gagal ditengah jalan, dan berbelok ke Monas. Aku memutuskan ke Ancol juga sekalian riset trek sepeda kesana. Busway segera. Setelah sampai ke tujuan terakhir - Ancol, kita diharuskan membayar tiket masuk seharga 13 ribu rupiah, dan dapat berkeliling pantai Ancol sepuasnya. Jangan benar-benar berkeliling, bagi yang belum latihan berjalan, karena aku benar-benar berkeliling, dan hasilnya adalah pegal-pegak seluruh kaki.

Mulai dari shelter busway-Marina Ancol-Pantai Festival-Hotel Mercure-Putri duyung Ancol-Ancol mansion yang sedang dibangun-Monumen-Beach Pool-sampai ke pantai karnaval, lalu kembali lagi. Disarankan juga untuk membawa bekal sendiri sebelum berangkat. Walaupun banyak stand makanan dan minuman bertengger di sepanjang jalan, tapi harga yang disajikan, cukup lebih mahal tiga kali lipat dari harga eceran. Sperti air limun, seharga 15 ribu rupiah, dan air mineral, seharga 5 ribu rupiah - dari 2 ribu rupiah.

Berjalanlah di pingigir-pinggir pantai untuk menikmati pasir, dan hamparan laut yang tidak bisa kita jumpai saat pulang. Walaupun beberapa spot, tidak memiliki pasir yang putih, melainkan abu-abu. Begitupun dengan lautnya - tidak biru seperti normal, karena sampah yang tenggelam di dasarnya. Setiap kurang lebih 50 langkah, terdapat papan pemberitahuan ' dilarang mandi/berenang. Pantai curam'

Melihat hamparan laut, dapat membuat beban pikiran, hanyut terbawa ombak. Jadi disarankan untuk setidaknya setiap bulan, mengunjungi pantai sekali. Semua orang terlihat bahagia, dengan senyum dan tawa mereka. Keluarga bersenang-senang walau sekedar gelar tikar, dan makan bekal dari rumah, dan melihat anak/cucu mereka bermain pasir. Setelah para keluarga, mayoritas pengunjung pantai Ancol adalah pasangan-pasangan yang sedang dimabuk asmara. Mereka berlomba-lomba mencari spot kosong, dengan pemandangan laut terindah, lalu duduk di pinggir dan bermesraan. Sungguh membuat iri.

Setelah lama berjalan, sebelum pantai karnaval, ada tempat yang bernama 'Evereled Ancol' kalu tidak salah. Kita tidak akan bisa masuk karena gerbang yang dikunci, dan tidak ada penjaga yang bisa ditanya. Namun jika kita berjalan mengelilingi tempat itu, untuk menuju ke pantai karnaval, tempat tersebut adalah tempat terindah, tertenang, di seluruh Ancol. Tempat itu sepertinya lahan pekuburan kristen. Dengan salip-salip yang tertancap di hijaunya rumput yang dirawat. Anda pasti akan terpana dan ingin masuk kesana, namun tidak bisa. Lalu setelah beberapa langkah lagi, terdapat dermaga yang jarang dikunjungi para pelancong. Dan suasana 'sepi' tersebut, dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk belajar fotografi. Dengan membawa model-model yang dibuat seksi menggunakan bikini merah, dan disuruh berpose seksi, beberapa fotografer, memotret mereka membabi buta. Wanita-wanita dieksploitasi. 'Keindahan' tubuhnya dimanfaatkan hanya untuk beberapa rupiah. Dibiarkan pakaiannya tersingkap oleh hembusan angin laut.

Panjang pantai Ancol sudah terjelajah. Saatnya kembali, dan terasa lebih berat, karena pangkal paha yang mulai sakit. Berjalan kembali dari pantai karnaval-Beach Pool-Monumen-Ancol Mansion-Putri duyung Ancol-Hotel Mercure-Pantai Festival-Marine Ancol-dan kembali ke halte busway. Jangan lupa sholat, bagi para muslim, karena musholla tidaklah sulit untuk ditemukan. Sekalian sekedar mengistirahatkan kaki-kaki yang dari tadi berjalan. Dan hari sudah berubah malam, saat rasa pegal sekarang semakin turun ke paha, betis, dan urat yang tertarik di telapak kaki. Naik busway adalah pengobatan yang cukup manjur. Duduklah di kursi paling belakang, dan selonjorkan kakimu. Tak lama kemudian, pasti akan terlelap, dengan hembusan AC. Lalu terbangun saat sampai di tujuan akhir, Cililitan, lalu segeralah berjalan ke samping Pusat Grosir Cililitan (PGC), disana ada tukang jajanan yang menunggu. Tapi aku memutuskan untuk membeli batagor yang nikmat, lalu minum bir pada malam harinya.

Perjalanan yang masih akan terasa hingga esok pagi. It's a nice trip to try

No comments:

Post a Comment