Resiko yang pasti dihadapi ketika menjadi pelajar internasional adalah bertemu dengan banyak perbedaan dari perilaku sosial warga negara lain. Tinggal pilih, mau sabar menghadapi semua perbedaan sifat mereka - membuat kita kadang berpikir kenapa harus gue terus yang memaklumi dan mengalah, atau mau menunjukkan juga eksistensi yang hasilnya pasti benturan benturan prinsip yang bisa bikin kita malah bermusuhan.
1 bulan lebih 2 hari aku jauh dari keluarga, teman-teman, dan kehidupan ideal. Masih ada 10 bulan lagi untuk dilewati. Tapi hampir 2 minggu ini aku tidak pernah ngomong sama temen "P" yang tinggal 1 rumah dan sahur bareng! Ceritanya berakumulasi, dan puncaknya adalah ketika dia tidak suka karena aku menasehatinya. Menurut gue doi ngga punya tata krama atau beda dengan nilai ideal gue. Menurutnya dia bisa memakai barang-barang gue tanpa harus minta izin terlebih dahulu. Menurutnya karena kita teman dan keluarga. Menurutku dia kurang mempunyai sopan santun. Seenaknya pake-pake barang orang dan bisa-bisanya bawa-bawa "karena temen dan seperti keluarga." Padahal dia hanya ngomong cuma kalau mau minjem barang-barang gue aja.
Konflik ini puncaknya ketika aku sedang tidur, dan ketika bangun tiba-tiba dia udah ada di kamar, di sebelahku, menggunakan laptopku. Langsung lah aku tanya "What are you doing? Did you have my permission to use my laptop?" dan sinar muka dia menunjukkan kalau dia kaget dan tau kalau salah, tapi dia masih berkelit "I just checking my blah blah blah." dan I don't care, man, dalam hatiku. Dia bilang "I thought you were sleeping, so I just use your laptop." WHAT?? aku benar-benar ga nyangka dia masih bisa-bisanya ngomong kaya gitu. Terus aku bales "So you can use everything in my room when I'm sleeping? This is my personal thing, you have to ask if you want to use my laptop. Did I ever said 'no' if you want to use my laptop?" Lalu dia "OK OK blah blah blah" dan melengos dengan pembelaan-pembelaan yang gue ga inget. No "Sorry" atau lainnya.
Lalu aku merasa ini saatnya meluruskan hal ini, karena aku sudah menahan kesabaran atas perbedaan ini cukup lama, dengan kelakuan-kelakuannya yang cukup oke untuk membuat terperanga. Entah apakah kelakuan orang yang satu ini adalah representasi dari seluruh kelakuan warga negara seperti dia. Banyak keanehan yang sudah dibuatnya, tapi yang paling aku ingat adalah ketika pada suatu hari dia masuk ke kamarku dan ingin meminjam laptop. Saat itu bertepatan dengan waktu sholatku dan aku bilang aku akan segera sholat. Padahal dia tau syarat sholat adalah harus berwudhu dulu yang tidak akan memakan waktu seharian, paling 2 menit, tapi dia tetap kukuh untuk meminjam sebentar. Hubungan antara laptop dan sholatku adalah aku sholat di tempat aku biasa menggunakan laptop. Jadi ketika akan sholat, space itu harus dikosongkan, dan tidak boleh ada orang menggunakan laptop untuk keperluan apapun. Dan ketika aku selesai wudhu dan masuk kamar, dia masih asyik dengan dunianya dan tidak menghiraukanku yang sudah rapih dan siap untuk sholat. Aku sengaja tidak ngomong, tapi dia tidak sadar-sadar juga. Lalu akhirnya aku ngomong "Ok man, I'm gonna have my prayer now." dan lalu dia bangun dan dengan santainya berusaha membawa laptopku. Kejadian itu kalau di slow motion lucu juga, dan kurang lebih adegannya seperti ini : Bangun, bergeser ke kiri dan memasukkan bangku ke dalam meja, melihat-lihat sisi laptop, mengangkat sedikit, lalu "YAK" mencabut kabel charger saudara-saudara. Lalu matilah laptopku karena aku tidak pernah menggunakan baterai. Lalu kami berdua sempat berada dalam awkward moment beberapa saat. Otakku mencerna kejadian yang ada di depan mata dan memberikan informasi ke data yang tersimpan selama hidup ini - apakah ada kejadian sama yang pernah terjadi sebelumnya seperti ini. Setelah otak memberikan informasi bahwa ini adalah kejadian pertama kali, lalu dia menyimpannya dalam folder "langka" di otak, lalu langkah berikutnya adalah merespon kejadian "langka" tersebut dengan jawaban yang jujur apa adanya "What are you doing??" Maksudnya disini adalah 2 pertanyaan - kenapa dia mencabut kabel charger, dan kedua adalah siapa yang suruh (mau ngapain) dia bawa laptop gue?? Lalu dengan perlahan dia menaruh laptopku kembali ke meja dan mulai melancarkan aksi defensif dengan menunjukkan keheranan dan keluguan dengan ekspresi wajahnya lalu bertanya balik "You're charging?" *facepalm "YES," jawabku. Walaupun sebenarnya pertanyaan itu tdak harus dijawab. Lalu dia mundur perlahan sambil tetap terlihat bingung dan tidak tau harus melakukan apa. Sebenarnya kata "Sorry" bisa menyelamatkannya dari keadaan canggung ini, tapi secara kata itu tidak ada dalam kamus kehidupan orang ini sepertinya, jadi yah mau bilang apa. Karena sudah terlanjur sebal dan heran juga, aku akhirnya memutuskan untuk langsung sholat tanpa mengindahkan dia yang masih ada di belakangku dan berdiri mematung untuk beberapa saat, sebelum akhirnya menyadari bahwa aku tidak meresponnya - dia lalu pergi.
Temanku yang satu ini nampaknya juga memiliki keistimewaan lainnya. Dari analisa yang aku buat setelah waktu itu melakukan obrolan cukup panjang dengannya adalah dia tipe orang yang merasa selalu benar. Hal itu didapat ketika kita berbicara, dia banyak sekali menggunakan kata "No" dan meneruskan dengan opininya, dan kadang lucu juga mendengarnya, tapi aku membenarkan saja untuk menghindari perdebatan yang lebih sengit namun kurang penting.
Melalui pertimbangan-pertimbangan diatas akhirnya aku memutuskan untuk berbicara dengannya untuk meluruskan hal yang telah terjadi - bahwa dengan alasan apapun dia tidak bisa seenaknya memakai barang orang lain tanpa seizin yang punya. Tapi kalian pasti sudah bisa menduga, begitu aku masuk kamarnya dan mulai berusaha berbicara dengannya, dia seperti menolak dan mengatakan "Ok no need to talk about this, it's not a big deal," dengan ekspresi kesal yang dibalut senyum sehingga terlihat aneh. If it's not a big deal, you can do any more big deal to me. Maybe next time he can take my laptop and say it's not a big deal. Tolak menolak pembicaraan terjadi beberapa kali dengan detil yang tidak bisa diceritakan karena intinya menggunakan omongan yang hampir sama.
Karena kejadian ini sudah lama, jadi aku tidak begitu ingat detilnya, dan sebaiknya tidak usah diingat-ingat lagi, karena banyak hal yang lebih penting yang harus diingat selain mengingat ini -___- Dan ini juga sebagai pebelajaran bagiku bahwa dunia ini luas, dan Tuhan menciptakannya untuk kita agar mengambil pelajaran dari hal-hal yang kita temui. Ini sebagai proses pencapaian tingkat spiritual juga, bagaimana kita berhadapan dengan perbedaan namun semua bisa berjalan baik-baik saja. Seminggu lagi aku akan merayakan idul fitri disini, dan kami masih 'marahan' well sebenarnya akhir-akhir ini lebih baik dibanding awal-awal. Ahh biar waktu yang menyembuhkan, and guess what, beberapa hari ini penuh dengan cobaan tapi aku lebih bisa berbesar hati untuk menerimanya. Karena kami semua disini masih menyesuaikan.
Tulisan ini mungkin terlihat tidak penting, tapi cukup 1 tahun kedepan mungkin aku akan senyum-senyum sendiri ketika membaca ini, terlebih andai tulisan ini ada di buku kompilasi petualangan CCIP 2012