Wednesday 1 September 2010

Cerita Manusia

"Lihatlah kalian

sekumpulan daging yang tak tahu diri

diberikan nyawa ke tubuh kalian
tapi kalian gunakan untuk membunuh

diberikan akal kedalam kepala kecil kalian
namun dengan sombong kalian menyangkal

merasa paling pintar
hanya menggunakan logika kurus kalian

menyangkal tuhan
memainkan agama

kalian hidup dengan logika semata

kalian bahkan tak lebih pintar dengan delar doktor atau pemikir lainnya,

ketika dengan bodohnya logika mengimani

lihatlah dunia dan semesta kawan

apakah sesempit itu sehingga hanya ada logika tercipta di dunia ini
sehingga kalian meragukan tuhan

ya, itulah kalian manusia. Selalu meminta logika bukti.

Namun ketika bukti diberikan, kalian tetap menyangkal
menganggap itu hanya bencana alam;kebetulan. Berkelit sekeras hati"




Suatu hari, ada dua manusia berkelana ke negri jauh. Yang satu berlatar belakang agamais, anak tokoh spiritual desa. Berkelana karena cerdasnya. Dia mendapat beasiswa. Bukan main bangga orang tuanya. Sudah pintar dunia, pintar agama pula. Orang tuanya melepasnya dengan percaya, dan uang tabungan keluarga. Alhasil dia sampai di negri tempatnya menuntut ilmu. Belajarlah dia dengan tekun. Tak lupa ibadahnya selalu terjaga. Negri tempatnya belajar memang cocok untuk membuat seseorang sangat pintar. Berkurikulum internasional. Logika adalah segalanya. Jika tak bisa dijelaskan secara ilmiah, berarti itu hanyalah bualan belaka. Guru disana sangatlah pintar, cukup untuk membuat dia terkagum, dan terhipnotis dengan sosok sang guru. Seorang penggemar akan mengikuti apa saja yang dilakukan sang idola, bukan? Jadi, dia mengikuti cara berpikir gurunya tersebut. Lalu mulailah keimanannya terkikis. Dia mulai mengenal kata "Oh iya ya, benar juga" "wah jadi selama ini" "kalau tuhan tak bisa dijelaskan, berarti tuhan hanya bualan"

Siapa yang dapat menjelaskan bentuk tuhan? lalu agama? sama saja. Hanya lelucon. Kalau begitu biar aku tambahkan lelucon ini. Lalu pergilah dia dari dirinya yang dulu. Kebanggan orang tua. Dia sekarang hidup bahagia dengan logikanya


Lalu manusia yang satu lagi, berlatar belakang anak berandal. Tak terlalu baik latar belakang agamanya. Orang tuanya hanya orang biasa, namun kaya. Berkelana juga karena kecerdasannya. Dia mendapat beasiswa juga. Berhasil membuat bangga orang tua, walaupun menurutnya, dia melakukan ini bukan untuk membahagiakan orang tuanya. Buat apa? Dia melakukan untuk dirinya sendiri. Alhasil berangkat pula dia dengan bangga. Disana dia dengan cepat beradaptasi dengan budaya yang hedon. Suatu ketika bencana gempa datang melanda. Bangunan hancur dimana-mana. Saat dia berada di ruang kelas, seluruh murid lari tak barlogika. Panik. Saat akan menuruni tangga, dia disalip oleh seorang lelaki besar, sehingga dia terjatuh. Saat lelaki besar tersebut beberapa langkah didepannya - berlari tak akan berhenti, tiba-tiba atap diatasnya rubuh dan menimpanya. Tentu saja dia panik bukan kepalang, melihat orang hancur kepalanya didepannya. Saat aman berada di tempat paling tinggi, dia melihat seluruh negri rata dengan tanah. hancur, dan sepertinya tak akan bisa kembali menjadi tempat yang indah seperti dulu. Seakan tak habis kesedihannya, dia harus menjadi tenaga pembantu evakuasi mayat-mayat. Melihat orang-orang tak bernyawa bergeletakan di jalan bukanlah sesuatu yang biasa, bagi seseorang yang hidupnya selalu berkecukupan. Bahkan untuk yang tidak sekalipun. Apalagi bau yang dihasilkan dari mayat-mayat yang sudah mati berhari-hari. Dia menangis saat menarik seorang wanita dengan tubuh lembek, dan busuk, dari reruntuhan klub malam. Saat dia pulang kerumah untuk liburan, seorang teman dekat bertanya tentang keadaanya ketika kejadian bencana tersebut. Seorang teman yang kenal dekat dengannya bilang "yah namanya juga musibah, kita ga bisa tahu" Tapi dia menanggapi "Tidak kawan, itu bukan sekedar musibah. Itu peringatan tuhan kepada kita manusia"


"Lihatlah
Begitulah manusia
Dan tuhanpun sepertinya tidak akan rugi
Jika ada yang berbangga membahasnya dengan jenaka
Lalu yang bertuhan dan yang ateis pun berdebat
Merasa paling benar masing-masing
Manusia dengan otak yang ber saraf-saraf
Seonggok daging berbalut lelucon
HAHAHA!!!"

No comments:

Post a Comment