Sunday 5 September 2010

Malam Laylatul Qadar Pada Modar

Duka bulan ramadhan bagaikan bulan ramadhan itu sendiri. Selalu terjadi. Saat hari semakin mendekati akhir bulan Ramadhan, salah satu duka tersebut datang. Saat si kaya mengumumkan akan membagikan zakat fitrah kepada si miskin. Mereka lantas datang berbondong-bondong, mengharap mendapat zakat tersebut. Petugas sudah ditempatkan di pintu masuk, agar jalannya pembagian zakat bisa teratur dan semua orang bisa kebagian. Namun mereka tetaplah orang miskin. Mayoritas dari mereka bahkan tidak menempuh pendidikan layak - untuk dapat mengerti istilah antri. Ah, siapalah yang bisa disalahkan atas perilaku ini. Budaya yang dulu sempat merekat, sekarang terinjak-injak oleh kerumunan yang sekedar mencari makan. Apakah harus menempuh pendidikan formal dulu, baru bisa antri?
"Ah, antri hanya membuat saya tidak kebagian beras," mungkin salah satu dari mereka berkata begitu. Tidak bisa disalahkan juga, jatah zakat mungkin tidak sebanyak kedatangan para penerima, yang tanpa diduga-duga berjumlah lebih banyak, dari yang dijatahkan. Entah darimana mereka mengetahui, tapi tidak sedikit yang datang dari luar daerah tersebut.
Lalu siapa yang bertanggung jawab atas banyaknya orang miskin? Pasti kita semua setuju untuk menyalahkan pemerintah, bukan? Yang kita tahu, mayoritas pemerintah adalah kelompok koruptor Indonesia. Uang rakyat mereka makan sendiri. Mungkin ada dari hasil korupsi mereka, untuk mengurangi kemiskinan, sehingga pembagian zakat, bisa lebih teratur, karena mungkin
jumlah orang miskinnya tidak akan terlalu banyak. Apakah korupsi saja penyebabnya? Apakah, tidak bisa lebih rumit lagi? Sistem nilai yang selama ini kita anut mungkin? Bagaimana dengan perkataan ini : "Nak, belajar yang bener, biar bisa nyari duit yang banyak."
Lalu kemana moral, nurani, dan iman, bu? Dan di malam laylatul qadar ini, ibu itu mati terinjak-injak. Anak itu menangis terlepas dari gendongan ayahnya. Dan kakek itu selamat, namun 2 hari kemudian dia mati. Orang kaya itu, merasa sangat berdosa. Dan pemimpin itu, tertawa terbahak-bahak, setelah salam tempel yang cukup lama. Tidak cukup baik ya...
Mungkin laylatul qadar tidak diturunkan Allah ke indonesia. Mungkin lho

No comments:

Post a Comment