Wednesday, 1 September 2010

Fantasi Nyata

Gedung Kesenian Jakarta sejenak menjadi lorong waktuku kembali ke masa fantasi. Kembali ke tahun 1500-an di Paris. Seperti novel 'Phantom Of The Opera' yang pernah kubaca. Masa dimana menonton opera adalah agenda wajib para bangsawan saat itu. Berada di gedung opera di Jakarta. Saat menaiki tangga menuju balkon, darah dalam nadiku terasa mengalir sangat cepat dan panas. Serasa ingin meledak karena terlalu kegirangan. Saat duduk di balkon nomor 15, dan melihat tepat lurus kearah panggung, sungguh pemandangan yang sempurna. Melihat seluruh isi ruangan yang sangat artistik. Arsitektur belanda sangat terasa. Warna dalam gedung yang bernuansa putih-emas dengan pilar-pilar besar menopang balkon. Panggung besar dibawah juga dibatasi pilar. Berhiaskan warna emas di ujung atas pilar. Dihiasi lampu-lampu kecil yang menempel di tembok-tembok, sebagai penghangat. Dan diatas menggantung lampu hias yang tidak terlalu besar untuk ukuran gedung. Namun cahayanya cukup. Kemudian lampu-lampu perlahan-lahan meredup, seiring pentas yang segera dimulai. Drama musikal yang dipersembahkan oleh 'Club Hypnosis Sehati' (CHS). Dibiayai oleh Dr.Dewi Yogo Pratomo, MHt - selaku pendiri CHS, dan disutradarai oleh Yudhi Kurniawan. Bercerita tentang ibu Kiki yang mengalami masalah, dan bertemu dengan sekelompok wanita CHS, dan bercerita tentang masalahnya, saat kehilangan sang anak tercinta. Pemimpin CHS, ibu Dewi Yogo Pratomo, yang juga bermain dalam drama musikal tersebut, mencoba menenangkan ibu Kiki, dan menyebutkan bahwa masalah adalah dimiliki semua orang. Lalu sang sutradara memaparkan beberapa masalah yang umum kita jumpai di kehidupan. Dan pada akhirnya, ibu Kiki berhasil menemukan anaknya ketika bertahun-tahun sudah berlalu. Namun yang berbeda ada pada kelompok pengiring musiknya. Karena sekarang tahun 2010, jadi alat yang dipakai adalah alat musik modern, seperti gitar,bass listrik. Juga ada perkusi, dua penyanyi, dan organ dari sang konduktor. Tiket yang ditawarkan berkisar antara 40-100 ribu rupiah pada pementasan-pementasa rutin di GKJ. Bagi kalian yang bosan dengan tontonan bioskop, beralih ke tontonan teatrikal semacam ini, adalah selingan yang sangat bagus. Karena menonton opera semacam ini lebih bergengsi, dan pasti lebih memuaskan untuk para penikmat teater; Lebih bangsawan jika kita masih di tahun 1500-an. Kekagumanku malam ini tak akan luntur hingga esok. Saat duduk sendiri di balkon nomor 15, aku merasa seperti Raoul atau Erik - yang selalu menduduki balkon nomor 5, dan melihat Christin dae yang sedang bernyanyi dari atas. Benar-benar fantasi yang menjadi nyata.

No comments:

Post a Comment