Monday 11 April 2011

Cinta Pohon dan Tanah

aku selalu berharap hujan turun setiap malam. membawa mimpi dalam tidurku menyerap kedalam tanah. menyatu dengan bumi. namun yang terdengar adalah mesin-mesin kendaraan, anjing yang menggonggong, atau darah yang mengalir dalam nadi yang membentang membungkus tubuhku. menghasilkan kehidupan yang lebih sering mengalami keputusasaan.

padahal aku berharap diciptakan sebagai sebuah pohon besar. kokoh, dan berumur panjang. menjalin cinta dengan satu-satunya elemen penghubung kehidupan dan kematian - tanah. manusia diciptakan dari tanah, dan akan kembali ke tanah. kau bisa menjadi tanah. kau adalah tanahku. aku adalah pohon besar yang menjulang. daun-daunku mungkin dapat rontok setiap musim gugur. ranting-rantingku mungkin dapat patah saat tua, atau burung datang menghancurkannya. manusia mungkin bisa menebangku untuk keserakahannya. namun selama akarku masih menyatu dengan tanah - dengan dirimu, aku tidak akan pernah mati. kita akan selalu bersatu. siapa yang butuh akar tua yang sulit untuk dicabut, karena menjalar menuju inti bumi.

mimpi-mimpiku akhir-akhir ini semakin aneh. tapi aku menikmatinya. bentuk wajah mungkin tidak terlihat jelas. tempat-tempat mungkin abstrak, namun perasaan, dan lembutnya jari yang lentik, tak dapat membohongi. tak bisa menyamarkan, atau mengacaukan. ketika kau tidur nyenyak, aku sudah berdiri dengan mata tertutup di sebuah tabung yang bisa menjadikanku mati, atau membuatku bernyanyi karena kesenangan yang tidak akan bisa didapatkan orang lain. senyumku terlihat manis dan memabukkan, namun kesedihanku bersembunyi dalam gelapnya hati. hati yang dibungkus oleh jaringan-jaringan dan daging merah. aku bahkan tidak dapat melihatnya, kecuali seseorang datang tiba-tiba dan membunuhku. atau serangan jantung yang datang tiba-tiba karena aku masih terus merokok dalam ruang kamarku yang sempit. kadang kulihat asap yang statis di udara, membentuk seperti sebuah jalan yang panjang menuju Tuhan. atau lubang yang ditutup dengan kumpulan tanah merah yang basah, yang didalamnya hidup bakteri-bakteri dan cacing yang siap melubangi mata, dan tubuhku.

itu adalah konsekuensi menjadi manusia. namun beberapa orang rela, karena kesenangan yang didapat seorang manusia, bisa melebihi imajinasi. bagiku saat ini yang sebanding adalah manusia bisa bermain piano. jika aku adalah pohon yang besar, aku mungkin tidak akan bisa bermain piano. kecuali mungkin aku adalah setengah pohon, dan setengah manusia. aku tidak apa-apa jika butuh waktu yang lama untuk menjadi pohon. setidaknya aku beruntung bisa bertemu dengan seorang hawa itu. waktu aku masih menjadi manusia, aku melihat seorang hawa yang duduk menyendiri di suasana yang ramai. aku berpikir, apa yang sedang dipikirkannya? karena begitu malu, aku meminta saran teman-temanku. mereka bilang dia jelek, karena duduk sendiri. namun saat itu enzim dalam tubuhku menghasilkan zat-zat kimiawi yang membuatku berani untuk bertanya. saat aku menyapanya, mulutnya berbicara. namun matanya, dan zat-zat kimiawi dalam tubuhnya membuatku tuli. pertanyaanku hilang begitu saja. aku tidak memiliki lidah untuk berkata. hanya ada telinga untuk mendengar, sedikit bibir untuk tersenyum, dan kaki untuk berdiri selama apapun dibutuhkan. pohon diluar sana mungkin tidak mengerti apa yang diriku rasakan saat itu saat menjadi manusia. wahai pohon, itu namanya cinta.

cinta itu tolol, kata seseorang. seseorang itu aku. menjadi tolol saat kita tahu kita tetap mencintainya saat dirinya mencintai orang lain. tolol dan mentololkan. cinta itu melemahkan. setiap malam mungkin kita hanya menangis, mematikan semua cita-cita yang dulu pernah dibuat seorang anak kecil di undukan bukit hijau. anak itu mungkin bercita-cita pergi ke bulan. tapi kata seseorang, cinta itu menguatkan. seseorang itu aku. aku akan menghancurkan batu apapun, untuk menemukannya duduk sendiri, dan mengajaknya ngobrol. lalu aku adalah manusia paling beruntung di dunia, saat melihat gerakan lembut dari bibirnya, yang menghasilkan suara bidadari.

marilah sayang, kita menjadi pohon dan tanah. tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. aku berjanji akan meluncurkan deras akarku menuju intimu. dan kau menghidupkanku.

No comments:

Post a Comment