Monday 10 May 2010

Susu Hangat

Aku harus pergi mom. Aku harus mandiri, belajar menjadi dewasa. Disini aku tak bisa dewasa. Aku terkekang. Lihat saja kamarku. Bahkan tempat pribadiku, tak menjadi tempat kebebasanku. Dan kamu masih bertanya kenapa aku selalu mengunci kamarku. Tak ingatkah mama ketika mama dan ibu selalu tiba-tiba membuka pintu kamarku dan menutup lagi tanpa ada alasan. Menyapa pun tidak. Tak ingatkah ketika kubilang "jangan dibuka pintu kamar," dan setiap kali aku pulang kuliah dan setelah pergi darimana pun, selalu pintu kamarku terbuka lebar. Padahal sudah ku bilang "jangan dibuka" karena banyak nyamuk yang masuk, dan sudah ku tempel tanda "Tutup Kembali" besar-besar, dan apa pembelaan dari nenek : "Pengap." Hey nek, siapa yang tidur disitu god damn! Dan aku pernah memperingati mu mom, jika kulihat kamarku terbuka lagi, akan ku kunci selamanya, dan kalian tak mematuhi peringatanku berkali-kali. It's My room, so it's my rule! Dan kau masih berani bertanya dan mengeluh kenapa kamar selalu ku kunci. Kau membuatku menelan ludahku sendiri? menyalahkan pelajaran ketegasan yang kupelajari tidak darimu? Tidak! justru ini pelajaran untuk mu, bahwa aku tegas, jangan meremehkanku. Hormatilah sedikit diriku. Apakah salah jika aku membuat peraturan untuk kamarku sendiri? sehingga "orang tua mu susah untuk berkomunikasi" kau bilang. Apa benar kalian pernah berkomunikasi denganku?! Selain setiap malam ketika aku sedang santai menonton tv, kau tiba-tiba membisikkan ceramah demi ceramah, larangan demi larangan yang mungkin masuk ke kategori komunikasi yang baik dengan anak. You know what "semakin dilarang semakin ingin dilakukan." Jadi bersiap-siap saja dengan kemungkinan terburuk. Apa yang selama ini kau takutkan mom, akan terjadi dengan anakmu. Dan yang kau sebut-sebut sebagai motivasi, justru malah membuatku semakin merasa tak punya siapa-siapa yang selalu mendukungku, yang membangunkanku saat ku jatuh. Perbandingan dengan keluarga-keluarga yang lebih "sukses" anak mereka, kau jadikan motivasi untuk ku. Tak pernahkah kau berpikir sedikit saja, bahwa hal itu sangat buruk bagiku, semakin membuatku dekat kepada kegilaan. Dan nenek. Dia tak mau memindahkan foto-foto orang yang katanya keluarga dari kamarku, padahal aku tak kenal, dan mereka sudah mati. Jika kau kenal, mengapa tak kau pasang dikamarmu nek! "Itu keluarga lo (panggilan kasar) tuh, ga kenal ama keluarga" bentak mu. "ya, aku memang tak kenal dengan mereka, bagaimana bisa kenal jika mereka sudah meninggal saat aku belum lahir, dan kau tak pernah bercerita. Jadi pasang saja foto-foto ini dikamarmu." Aku sangat merindukan cerita sewaktu sd, pada saat itu ada pelajaran mengarang, dan tipikal judul anak-anak pada waktu itu adalah "berlibur kerumah nenek di desa." Nenek-nenek disana sepertinya sangat mencintai cucu-cucunya, sangat baik, dan mudah diatur. Mereka selalu bercerita tentang masa lalu mereka yang seru, seseru cerita mereka sehingga membuat para cucu tertidur pulas dipangkuannya di dekat perapian. Tapi tidak dengan nenek yang satu ini kurasa. Apalagi dengan dad. "Really not a good role model, childish." Dia memaksa anak-anaknya ikut acara keluarganya no matter what. kurasa dia tak peduli jika besok anaknya akan melalui ujian nasional, jika tidak, "STOP UANG JAJAN," diikuti tawa miringku. dan sepanjang perjalanan, kalian pasti sudah menebak, ia bahkan tak bertanya bagaimana kehidupanku, apa yang sedang ku kerjakan sekarang. Dan ketika sampai ke tempat yang banyak teman dan keluarganya, dia dengan bangga memperkenalkanku "ni anak gue, lulusan UI, broadcasting (untungnya dia ingat jurusanku, tidak seperti mama)" dengan dada dibusungkan. Seakan-akan dia tau perkembanganku. Dia bahkan tak tau aku memenangkan lomba iklan. Dan ketika sampai dirumah, selesai sudah. Setiap pulang kantor, langsung masuk kamar dan menonton tv, dan jika ingin mengucapkan sesuatu, dia menyuruh mama, dan ini sangat lucu menurutku. Mama selalu bolak-balik menyampaikan perkataan yang ingin dikatakan oleh dad. Anak mana yang mau meniru pola seperti ini? Terkadang aku membarika kelonggaran sedikit kepada diriku. Tidak apa-apa jika kau menjai sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan, mengingat lingkungan terdekat (keluarga) ku seperti ini, aku hanya rasanya ingin menyampaikan semua yang kualami kepada orang-orang yang berinteraksi denganku, namun mereka merasa takut, tidak cocok, dan banyak yang merasa aku sangat bodoh. I just wanna say "Hey look at me. Try to be me!" Namun itu semua membuatku menjadi manusia yang semakin bijak dari waktu ke waktu. Aku lebih mampu mendengarkan, daripada berbicara. Guruku pernah berkata, bahwa cobaan yang kita alami, adalah tidak ada yang bisa menanggung selain kita, kita yang dipilih untuk cobaan seperti ini, yang dapat menjadi diri kita adalah kita. Itu adalah ucapan terbijak yang dulu pernah kudengar, dan aku membenarkan itu. Mungki hanya aku yang bisa menanggung beban ini. Sudahlah untuk malam ini, akan butuh 21 tahun untuk menceritakan "kehebatan" keluarga keturunan nabi ini, yang kata nenek dan mama mulia. Lalu berarti yang bukan, yang tidak seberuntung kita yang keturunan nabi - mereka tidak memilih untuk itu, menjadi kelas kedua. Dimata siapa? dimata kalian mungkin,orang-orang arab kolot. Tetapi tidak dimata tuhan dan dimataku. Keluarga ini jauh dari keturuna yang mulia.

No comments:

Post a Comment